[MFA] #17 – Nikmat Dunia dan Nikmat Akhirat


mfa17

Bismillaahirrohmaanirrahiim

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu) dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim. Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ainul yakin. Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (QS. At-Takatsur: 1-8)

Nikmat, setiap manusia sangat menginginkan hidup yang penuh kenikmatan, bukan? Manusia hidup mencari kenikmatan, berjuang keras, bekerja keras, tidak dipungkiri semuanya untuk mendapatkan kenikmatan dan kebahagiaannya.

Tapi tunggu, nikmat yang mana sebenarnya? Jangan sampai salah paham, Al-Qur’an meluruskan pandangan kita tentang nikmat. Al-Qur’an memiliki pandangan tersendiri tentang nikmat. Ia benar-benar mengingatkan kita tentang nikmat ini. Nikmat, bisa membuat kita lalai dan kufur. Tapi nikmat juga bisa membuat kita peduli (concern) dan membuat kita bersyukur. Jika saja kita ingat kalau kita akan ditanya tentang nikmat itu. Itulah Nikmat Dunia.

Masya Allah, semua nikmat yang kita dapatkan berasal dari Allah dan kita akan ditanyai tentang semua nikmat yang Allah berikan. SEMUANYA, bisakah kau membayangkannya? Tapi kau selalu menginginkan nikmat di dunia itu, bukan? Ya, seluruh manusia. Padahal jika kau menginginkan nikmat dunia kau juga harus berpikir tentang bagaimana kau akan mempertanggungjawabkan nikmat itu?

Kau ingin ini dan itu, semuanya tentang kenikmatan tetapi betapa celakanya jika kau melupakan pertanggungjawaban dari semua hal yang kau inginkan itu ketika kau mendapatkannya rasanya seperti sedang kredit saja, ambil ini dan itu, kau lupa kalau semua harus kau bayar. Ya, kau lupa semuanya. Semakin banyak hal yang kau inginkan, itu artinya semakin banyak pertanggungjawaban yang juga kau tanggung. Nikmat dunia bukanlah kenikmatan hakiki. Ingatlah bahwa dia adalah ujian, hanyalah ujian. Jika kau mencari kenikmatan hakiki maka carilah kenikmatan akhirat karena jika kau mendapatkan nikmat akhirat, kau tidak akan dimintai pertanggungjawaban, nikmat yang Allah berikan di akhirat adalah nikmat yang tinggal kau nikmati.

Jika kau ingin kaya, jadilah kaya di akhirat. Jika kau ingin memiliki rumah yang indah, maka milikilah rumah itu ketika di surga. Sungguh dunia ini sepenuhnya ujian, bukan hanya kesulitan tapi juga kemudahan (kenikmatan) menjadi ujian yang harus kita hadapi. Pertanyaannya, bisakah kita bersabar menghadapi kesulitan? Bisakah kita bersyukur menghadapi kenikmatan? Karena itu jangan lengah, jangan lemah, jangan lalai, jangan lupakan kalau semua yang datang di dunia adalah ujian.

Allah selalu melihatmu. Allah tahu apa yang kau kerjakan. Allah akan bertanya tentang apa yang kau kerjakan nanti, bukan karena Allah tidak tahu, tapi justru Allah tahu, karena Dia benar-benar sedang menguji kamu dengan semua yang kamu punya yang Allah berikan kepadamu. Bisakah kamu lulus dari ujian ini? Jika kamu lulus maka kamu pantas ke surga

Sungguh Allah Maha Adil dan kita yang sering mendzalimi diri sendiri, bahkan melampaui batas dan seringkali mempertanyakan keadilan Allah. Subhanalloh. Jadikan akhirat sebagai tujuanmu, karena kau tidak akan pernah bisa memahami semua ini tanpa iman. Iman… Oh iya, berbicara tentang iman, bukankah dia juga sebuah kenikmatan?

Berbeda dengan kenikmatan materi dan duniawi, iman adalah kenikmatan ukhrowi yang ada di dalam hati. Hanya bisa kau rasakan dan kau mengerti, ia tidak ternilai dengan apapun, termasuk kenikmatan materi dan kenikmatan dunia. Di akhirat nanti orang-orang akan menyesal karena tidak beriman, melupakan nikmat iman, dan mereka berharap bisa membeli iman itu. Kesempatan untuk beriman dengan seluruh hartanya, anak-anaknya, istrinya, keluarganya (kalau saat ini orang macam apa yang berani menjual anak dan istrinya, mengorbankan seluruh keluarganya) hanya untuk satu keinginannya yang pernah dilupakan dan disia-siakannya, yaitu mendapat satu kesempatan untuk bisa beriman.

Tapi cukup sudah kata Allah, waktu tak akan bisa dibeli dengan apapun, kesempatan yang sudah pergi tak akan bisa diraih kembali. Jika hari akhir telah datang maka tidak akan ada jual beli, maka seseorang tidak akan mampu menolong orang lain seingin apapun dirinya. Itu adalah hari dimana setiap orang hanya memikirkan dirinya sendiri. Mereka sudah tidak peduli lagi pada keluarga dan kerabatnya. Yang dipedulikan hanya satu, bagaimana caranya agar SELAMAT dari hisab dan pertanggungjawaban, SELAMAT dari api neraka. Karena itu, iman adalah kenikmatan paling besar yang akan mengantarkan seseorang ke dalam surga.

Tanpa iman, jangan pernah berharap tentang surga. Tapi kenikmatan ini benar-benar terlupakan oleh manusia. Alih-alih memelihara imannya dengan beribadah, menghadiri halaqoh, banyak orang cenderug lebih memilih untuk bersenang-senang menghibur dirinya dari lelahnya aktivitas dunia yang ia habiskan untuk mencari kenikmatan dunia, yang membuatnya dirinya lalai karena ia tidak ingat kalau kenikmatan yang susah payah dicarinya itu sebenarnya hanya akan mengantarkannya pada pertanggungjawaban yang tidak mudah di hadapan Allah. Bukankah itu benar-benar melelahkan? Padahal orang yang sadar tentang nikmat iman ini saja masih akan mempertanggungjawabkan nikmat iman itu. Apalagi orang yang mengingkari nikmat iman, pasti akan lebih sulit lagi nantinya. Celaka sudah. Selesai  sudah. Ya, game over deh.

Orang yang sadar bahwa iman, Islam, Al-Qur’an, Rasul-Nya, adalah kenikmatan juga akan ditanya tentang apa yang sudah kamu lakukan dengan semua nikmat itu? Sudahkah kamu mensyukurinya? Bagaimana kamu mensyukurinya? Allahu Akbar, karena itu kita tidak boleh bermain-main dengan setiap nikmat yang Allah berikan. Dunia ini bukan tempat bermain-main. Dunia ini benar-benar tempat ujian yang nyata. Jika kita gagal, maka berakhirlah semuanya. Kita hanya punya satu kesempatan untuk bisa berhasil.

Ya, dunia ini bukan tempat untuk bermain-main, bersenang-senang, bersantai-santai. Bukan ! Jika begitu kita benar-benar sudah lupa, mengingkari nikmat itu, dan jauh dari bersyukur. Mungkin memang hanya ada kebahagiaan kecil saja di dunia ini yang harus kita perjuangkan lalu harus benar-benar kita syukuri agar selamat dari pertanggungjawaban yang sangat berat di akhirat nanti. Sudah terlalu banyak nikmat yang Allah berikan, begitu banyak tanggung jawab kita di akhirat nanti.

Berharap tentang nikmat, sama seperti membebani dirimu sendiri dan menambah pekerjaanmu. Urusan nikmat serahkan saja kepada Allah. Mintalah nikmat terbaik yang membuatmu tidak lupa dengan hari dimana kau akan mempertanggungjawabkannya. Nikmat  terbaik yang membuatmu bersyukur kepadanya. Ya, mintalah yang terbaik. Jadi, sebaiknya  jangan terlalu banyak berharap dengan kenikmatan dunia lagi, tapi kita harus lebih banyak bersyukur. Jika kau memiliki sebuah harapan, milikilah harapan untuk bisa mendapat kenikmatan di surga setinggi-tingginya.

Semoga Allah membimbing kita agar kita bisa mensyukuri segala nikmat yang telah Allah berikan. Semoga Allah memudahkan urusan kita di dunia dan terutama di akhirat nanti ketika kita mempertanggungjawabkan seluruh nikmat itu di hadapan Allah.

Oleh: Muhammad Ega Pratama

Link Video: (Pelajaran dari Surah At-Takatsur)

One thought on “[MFA] #17 – Nikmat Dunia dan Nikmat Akhirat

Leave a comment