[MFA2017] #8 – Ramadhankan Hatiku


mfa8

Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS Al Baqarah: 183)

Analoginya seperti ini:

Sehelai tisu dan selembar kertas jika dicelupkan ke dalam segelas air teh atau kopi, maka yang lebih cepat menyerap air dan berubah warna sudah bisa dipastikan yaitu sehelai tisu. Sedangkan kertas, akan memakan waktu lebih lama dibandingkan tisu.

Kita gambarkan tisu dan kertas tersebut adalah hati kita, sedangkan segelas air atau kopi merupakan iman. Pada bulan Ramadhan hati seseorang cenderung akan mudah menerima kebaikan sehingga iman mereka akan senantiasa naik seperti halnya tisu yang dicelupkan ke dalam segelas air teh, berbeda dengan hari-hari biasanya, hati seseorang akan sulit atau lama terkondisikan sehingga iman kita jika dianalogikan dengan sebuah baterai telepon genggam, sulit diisi penuh. Itulah salah satu kenikmatan bulan Ramadhan. Karena semua hal terkondisikan maka setiap diri seseorang akan berada dalam kondisi yang baik. Melaksanakan kebajikan, dalam waktu yang sama meninggalkan keburukan. Sebaliknya orang yang tidak merespon bulan Ramadhan berarti orang yang memiliki iman yang rendah.

Intro shaum adalah menahan makan dan minum. Jadi yang namanya intro, baru bab pembukaan, sedangkan inti shaum yaitu jihadun nafs. Selama shaum seseorang sedang berjihad dengan nafsu yang ada di setiap dirinya. Dalam surat Asy-syams ayat 8, Allah berikan potensi baik dan buruk dalam diri seseorang. Apa-apa yang masuk ke dalam hati seseorang sesuai dengan outputnya.

Jika seseorang sering mengkonsumsi tontonan ghibah maka yang keluar dari lisannya pun selalu mengomentari kehidupan orang lain. Jihadun Nafs dalam shaum berarti menjaga semua panca indera kita dari hal-hal yang mengurangi kualitas shaum.

Salah satu panca indera kita yang paling rentan adalah menjaga lisan. Akan tetapi, lisan juga termasuk amalan yang paling mudah dilakukan dan banyak dilakukan kapanpun dan dimanapun. Misalnya, dzikir, muraja’ah, tilawah, berkata yang baik dan sebagainya. Maka dari itu, akan lebih baiknya jika selama 13 jam shaum, kita tidak berbicara yang aneh-aneh atau berbicara yang macam-macam apalagi berbicara hal-hal yang lucu tapi bohong.

Suatu hari setelah selesai perang, para sahabat baru saja duduk untuk memulihkan energi mereka, ketika tiba-tiba Rasulullah berdiri dan menyerukan perang. Para sahabat terkejut karena baru saja mereka memenangi peperangan sebelumnya. Ternyata yang dimaksud Rasulullah adalah perang melawan nafsu. Jihad dengan senjata hasilnya sudah pasti menang dan kalah, akan tetapi jika jihadnya melawan nafsu atau syaitan maka hasilnya bukan menang dan kalah tetapi menang atau kalah.

Kata penghubung ‘dan’ dan ‘atau’ memiliki makna yang berbeda, mengapa demikian? Karena syaitan tidak akan pernah mati dalam diri manusia. Ketika seseorang dalam kondisi iman yang tinggi maka syaitan berdiam diri dan mulai mencari sisi lemah diri kita hingga suatu saat dia akan menerjang kita pada sisi tersebut.

Jika dianalogikan syaithan itu seperti sepeda motor yang siap menyalip kendaraan yang ada di depannya, jika kendaraan di depannya adalah sebuah bus atau truk besar, seseorang yang mengendarai motor akan menunggu saat dimana dia bisa menyalip kendaraan tersebut.

Setiap kita adalah bakal calon yang dimaafkan oleh Allah dibulan Ramadhan, oleh karena itu, bersegera merespon segala kebaikan yang ada di depan kita, yang penting bukan keranjang pahala kita yang penuh, tapi lakukan saja bentuk kebaikan yang bisa dilakukan, karena di akhirat nanti jika ditimbang pahala kita akan tetap lebih sedikit dibandingkan rahmat Allah walaupun hanya rahmat ‘kedipan mata’.

Bulan Ramadhan seperti tamu istimewa, kedatangannya membuat diri seseorang antusias untuk membersihkan seisi rumahnya. Menjaga rumah kita agar tidak lagi kotor dan berdebu. Bentuk kehati-hatian kita dalam melaksanakan shaum pada bulan yang Allah muliakan ini menghasilkan taqwa dalam diri kita.

Resty Rahmawaty

Sumber video:

2 thoughts on “[MFA2017] #8 – Ramadhankan Hatiku

Leave a comment