[MFA2024] Beyond Your Perception – Indriana Rezkia


Ketika sudah memasuki dunia kerja, ada hal-hal yang intensitasnya menjadi berkurang, bahkan berganti dengan kebiasaan lainnya. Ketika aktivitas di pekerjaan sudah cukup menyita waktu, terkadang ada amal-amal yang biasa kita lakukan, tergeser dengan keadaan. Jika dahulu kita berjuang dengan lingkungan yang memadai untuk beramal sesering mungkin, bisa jadi sekarang kita berada pada lingkungan yang bahkan asing dengan amalan yang kita lakukan. 

Di lain sisi, media sosial menampakkan banyak orang-orang baik yang beramal dengan harta terbaiknya, menamatkan bacaan Al-Qur’an dengan lancarnya, menghafal Al-Qur’an dengan support system terbaiknya, dan melakukan amalan yaumi dengan rutinnya. Hal itu membuat kita iri sebagai pekerja yang memiliki keterbatasan. Padahal, ada pinta yang ingin dikabulkan, ada pilu yang ingin diselamatkan. 

Bagaimana mungkin amalan yang makin mengecil ini mampu menembus langit, ketika orang-orang lain bahkan jungkir balik beramal dan berusaha untuk terus dekat pada Allah? Dengan berbagai perbedaan jam kerja, tuntutan deadline, dan variasi job deskripsi, bukankah ini yang dirasakan para pekerja pencari taat? Dewasa tak hanya penuh dengan tantangan untuk bisa mencapai karier impian. Dewasa juga penuh dengan ujian untuk mempertahankan hati, agar berusaha tetap berada di frekuensi terdekat dengan Allah. 

Sebagai bagian dari para pekerja yang merasakan hal tersebut, saya merasa ayat ini menjadi my favorite ayat di tahun ini. Satu nasihat dari Luqman, seorang saleh dan penuh hikmah yang memberikan nasihat kepada anaknya, yang namanya diabadikan dalam Al-Qur’an. Salah satu nasihatnya ada pada Surah Luqman [31] ayat 16:

يٰبُنَيَّ اِنَّهَآ اِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِيْ صَخْرَةٍ اَوْ فِى السَّمٰوٰتِ اَوْ فِى الْاَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللّٰهُ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ

Yā bunayya innahā in taku miṡqāla ḥabbatim min khardalin fatakun fī ṣakhratin au fis-samāwāti au fil-arḍi ya’ti bihallāh(u), innallāha laṭīfun khabīr(un).

Artinya: 

(Luqman berkata,) “Wahai anakku, sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu, di langit, atau di bumi, niscaya Allah akan menghadirkannya (untuk diberi balasan). Sesungguhnya Allah Maha Lembut lagi Maha Teliti.

Ada banyak hikmah dari satu ayat tersebut yang pernah dijabarkan Ustaz Nouman Ali Khan dalam khotbahnya. Hal yang menarik sebelum Luqman memberikan nasihat kepada anaknya, ia menunjukkan rasa cinta kepada anaknya terlebih dahulu, dengan mengatakan Ya Bunayya (My Beloved Son) sebagai tingkatan tertinggi memanggil anak. Hal ini memberi pelajaran penting bahwa agama Allah ini penuh cinta dan kasih sayang. Karena itu, menasihati dengan lembut adalah bagian penting dari menyampaikan pesan. 

Standar yang digunakan Allah untuk sebuah perbuatan yang dilakukan manusia adalah biji sawi. Standar yang tidak umum, tidak digunakan manusia, karena terlalu kecil dan bahkan tidak menarik. Saking tidak menariknya, mungkin kita tak mengetahui sebesar dan seperti apa bentuk biji sawi itu. 

Biji yang kecil itu adalah sebuah perumpamaan, yang bisa saja itu adalah niat kita, tatapan mata kita kepada orang lain, gumaman kita, yang jika dihubungkan dengan kalimat selanjutnya di ayat itu, bahkan itu tak terlihat oleh orang lain, seperti sebuah benih yang berada di dalam batu, sulit untuk ditemukan. Namun, Allah mengetahuinya, tak ada sekat pembatas yang menghalanginya, Allah mengetahuinya. Luqman juga menyampaikan kepada anaknya bahwa Allah memiliki sifat Lathif dan Khabir. Allah itu Maha Lembut, mampu memisahkan sebuah benih yang berada di dalam batu dengan teliti tanpa harus menghancurkan benih tersebut, karena Allah punya kendali penuh atas ruang dan waktu. 

Akan ada saatnya kita jauh dari orang tua, apa yang kita lakukan tak terpantau sama sekali. Akan ada saatnya kita sudah selesai urusan bersama rekan kerja, kita kembali ke rumah dan hanya ada kita sendiri di sana. Tak ada yang mengetahui apa yang kita lakukan, tak ada yang mengetahui apa isi percakapan, data, dan apa yang kita akses. Tapi ternyata, lagi dan lagi, Allah mengetahuinya.

Akan ada saatnya, sebuah amal itu terasa sangat sederhana dan terkesan remeh bila dibandingkan dengan amalan orang lain yang lebih besar dan berkualitas. Lalu, Allah bilang, siapa yang pernah menghargai sebutir benih sawi yang bahkan mereka belum pernah lihat? Tersembunyi lagi. Tapi, Allah notice dengan itu. 

Kebaikan yang kita lakukan meskipun orang lain tak menganggap itu demikian, itu tetaplah kebaikan. Bahkan, mungkin perbuatan itu tak mendapat apresiasi. Tenang saja, manusia yang butuh validasi punya Allah untuk memvalidasi setiap perbuatannya. 

Ayat ini menjadikan kita tidak merasa malu untuk beramal, tidak merasa bahwa apa yang kita lakukan tidak cukup baik untuk dilakukan. Dan, membuat kita tidak meremehkan perbuatan buruk karena menganggap perbuatan kita tidak terlalu buruk untuk dilakukan. Karena Allah mengawasi setiap perbuatan, baik atau buruk. Ada balasan dari setiap laku walau sebesar biji sawi.

Kita tak tahu dampak apa yang kita lakukan sekarang, tapi efek itu akan meresap seperti sebuah biji yang akan menjadi benih, berlanjut pada apa yang mungkin tak dapat kita pikirkan, dan jauh dari persepsi kita. Allah bisa membuat sebuah benih menjadi apa pun. “Bagaimana itu akan berakhir” hanya Allah yang bisa mengendalikannya, hanya Allah yang punya power itu. 

Ustaz Nouman Ali Khan juga menyampaikan, orang-orang memberi nilai palsu pada hal-hal di sekitarmu dan nyatanya nanti semua itu akan menghilang. The real of judgement is beyond of our perception. Ketika hal-hal yang tidak bisa kita lihat, ternyata adalah hal-hal yang paling nyata. Hal-hal yang tidak kita pikirkan, ternyata adalah hal-hal yang harus kita pikirkan. Hal-hal yang mengalihkan kita dan terus-menerus mengisi pikiran kita akan menghilang, seperti sebuah abu yang bertebaran, no meaning. Semoga Allah membuat kita bisa menjalani kehidupan lebih baik dengan pelajaran dari ayat ini, juga mengizinkan kita untuk selalu bisa beramal dan terhubung dengan jalur langit, jalurnya Allah.  

Leave a comment