[MFA2024] Bukan Saat Ini, Tapi Kemudian – Tria Pratiwi


“Mohon izin bapak, kami berangkat!”

Sepenggal pesan WhatsApp yang saya kirimkan kepada bapak ketika saya melakukan perjalanan ke luar Pulau Jawa. Semenit kemudian bapak memberikan balasan “Semoga lancar, penuh berkah dan membawa hikmah, ilmu, dan pengalaman yang bermanfaat”. Syahdu sekali pesan yang bapak sampaikan. Doa-doa kebaikan yang membuat hati terenyuh dan kata amin menjadi lebih dalam dan lebih panjang terucap. 

Ingatan saya melayang ke peristiwa beberapa tahun silam ketika saya baru bergabung menjadi guru di sekolah yang bapak dirikan. Setiap guru yang bergabung diikutkan kelas untuk belajar mengaji dengan baik dan benar. Belajar! belajar! dan belajar! adalah kata yang selalu diucapkan bapak untuk memotivasi kami. Betapa beratnya beban “belajar” ketika kita sudah bekerja. Sesekali keluh dan kesah terucap dalam hati. Setelah hampir dua tahun belajar, kebaikan itu saya rasakan sendiri, yaitu menikmati setiap huruf ketika membaca Al-Quran. Bapak mengatakan bahwa belajarlah untuk dirimu sendiri dan kelak akan dapat bermanfaat untuk orang lain.

Bapak selalu berpikiran positif dan optimis. Suatu ketika, bapak mendapatkan ujian yang menurut saya cukup berat. Saat itu, bapak terlihat sedih dan terdengar ucapannya bergetar saat menceritakan ujian yang sedang beliau hadapi. Namun, beliau mengatakan bahwa kesabaranlah yang membuat beliau kuat dan senantiasa berbaik sangka kepada Allah atas semua yang terjadi. Dalam hidup selalu ada cobaan, ujian, tantangan, kesulitan, dan sebagainya, dihadapi saja seraya berdoa. Saya berpikir, bagaimana beliau bisa memiliki keluhuran dalam memandang suatu peristiwa? Apakah ini yang disebut dengan hikmah/ kebijaksanaan?

Dalam salah satu series, Ustaz Nouman pernah membahas mengenai hikmah atau wisdom. Ustaz menyampaikan bahwa hikmah adalah suatu kemampuan seseorang untuk memahami suatu peristiwa dan dapat merespon dengan cara terbaik (struggle on it).

Kehidupan adalah serangkaian pengalaman yang akan mengajarkan kita mengenai kebijaksanaan untuk memahami sebuah peristiwa, merespon sikap manusia, dan mempersepsi suatu persoalan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Ustaz menyampaikan bahwa kebijaksanaan ini Allah berikan kepada setiap manusia. Salah satu contohnya adalah Luqman, yang Allah sebutkan dalam Al-Quran.

“Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu, ”Bersyukurlah kepada Allah! Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha Terpuji.” (31:12)

Dari ayat ini, Allah menerangkan bahwa Allah memberikan hikmah kepada Luqman seorang manusia biasa dan bukan Nabi. Hikmah tersebut adalah perasaan yang lembut, akal pikiran, dan kearifan dalam berbicara. Ustaz juga menyampaikan bahwa Allah juga memberikan contoh yang lain, yaitu kisah Nabi Daud. Nabi Daud mendapatkan “pengalaman persoalan” sebagai praktik langsung, yaitu ketika Nabi Daud didatangi oleh dua orang yang sedang berselisih dan meminta keputusan untuk persoalan mereka. 

وَشَدَدْنَا مُلْكَهُۥ وَءَاتَيْنَـٰهُ ٱلْحِكْمَةَ وَفَصْلَ ٱلْخِطَابِ

“Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan hikmah kepadanya serta kebijaksanaan dalam memutuskan perkara.” (Shad:20)

Allah telah menganugerahkan ilmu dan pemahaman kepada Nabi daud untuk menyelesaikan perselisihan dengan teliti. Nabi Daud memutuskan suatu perkara dengan meninjau bukti-bukti dan sebab, bukan karena hawa nafsu. 

Luqman dan Nabi Daud telah menunjukkan bagaimana ilmu dan juga pengalaman hidup menjadikannya menjadi seorang yang bijaksana atas izin Allah.

Ujian dan persoalan yang Allah telah takdirkan kepada kita merupakan bentuk penempaan supaya kita dapat memaknai setiap perjalanan kehidupan dengan berbagai perspektif, rasa empati, dan juga kelembutan hati, yang insya Allah akan mendekatkan kita kepada Allah. Ustaz menyampaikan  bahwa Allah tidak mengajarkan kita untuk menghentikan ujian yang datang, namun Allah akan membimbing kita untuk melewati ujian dan menemukan jawaban (hikmah) yang akan lebih mendekatkan diri kepada-Nya.

Semoga bapak diberikan keberkahan usia. Semoga pada setiap peristiwa yang telah kita lewati menjadikan kita semakin bijak dalam merespon persoalan-persoalan kedepannya. Semoga Allah memberikan kita ilmu dan kemampuan.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Penulis :Tria Pratiwi

Sources: https://www.youtube.com/watch?v=mrFv5CsZhkQ

Hikmah in the Quran – Part 4/4

One thought on “[MFA2024] Bukan Saat Ini, Tapi Kemudian – Tria Pratiwi

Leave a comment