[Transkrip Indonesia] Citra Diri – Omar Suleiman


A’uudzubillaahi minasy-syaithonir-rojiim, bismillaahir-rohmaanir-rohiim. Al-hamdu lillaahi robbil-‘aalamiin, wa na’budu ‘alainaa ‘alaadz-dzoolimiin. (maaf terdengar kurang jelas doanya) wal ‘aaqibatu lil muttaqiin. Allaahumma sholli wa sallim wa baarik ‘alaa abdika rosuulika Muhammadiin shollalloohu alaihi wa sallam, wa ‘alaa aalihi wa shohbihi wa sallam tasliiman katsiiroo.

Jadi yang menarik dalam sesi ini adalah ketika memperoleh daftar topik di sesi saya. Ini yang saya tandai, sudah saya tunggu-tunggu untuk dibicarakan. Subhanallah, saya sudah mengerjakannya sejak jam 3, jadi… Saat ini saya sedang tidak mood untuk bicara, tapi… He he he… Namun saya sangat suka dengan topik ini. Sangat-sangat suka dengan topik ini karena saya kira setiap orang yang telah berkecimpung dengan pendidikan pemuda muslim, bahkan topik ini tidak hanya terbatas pada pemuda muslim, tapi semua orang…

Orang-Orang Merasa Tak Nyaman

Anda lihat bahwa mereka sangat tidak nyaman. Orang-orang merasa sangat tidak nyaman. Saya sering membicarakan ini dengan para orang tua ketika mereka datang pada saya dan semuanya gusar tentang anak mereka karena mereka menghabiskan uang membeli sepatu mahal, pakaian mahal dan sebangsanya. Mereka masuk ke dalam tekanan lingkungan sekitarnya.

Anda juga demikian, tapi alih-alih membeli sepatu dan pakaian. Anda adakan pesta pernikahan ratusan dollar karena sepupu Anda dulu begitu. Anda beli rumah dan mobil tertentu. Anda sama saja dengan anak Anda, merasa tidak aman. Begitu ‘kan? Akui saja begitu banyak rasa tidak aman di antara kita. Kita selalu merasa perlu untuk mengesankan orang-orang di sekitar kita.

Saya merasa tak enak karena belum mendengar apa yang dibicarakan Ukhti Dalia, atau apa yang dibicarakan Dr. Altaf Husain. Pasti saya akan melakukan pengulangan, tapi satu hal ingin saya sampaikan dari awal. Allah subhanahu wa ta’ala memahami betapa pentingnya reputasi bagi orang-orang, betapa pentingnya citra bagi mereka. Itu sebabnya Allah ‘azza wa jalla telah menjadikannya sangat suci, dimuliakan, sehingga kita tidak boleh merusak citra siapapun, dan tidak merusak reputasi siapapun.

Allah tahu betapa buruknya merasakan ketidakamanan itu. Jadi jika Anda berkontribusi dalam ketidakamanan orang lain, perilaku Anda itu sangat dikutuk di dalam Al-Quran dan sunnah sehingga disetarakan dengan membunuh seseorang. Subhanallah, ketika Allah ‘azza wa jalla mengatakan tentang ghibah di dalam surat Al-Hujurat.

A yuhibbu ahadukum ay ya’kula lahma akhiihi maytaa.” (QS. Hujurat ayat 12)

Apakah salah seorang darimu mau memakan bangkai saudaranya?

Dan apa artinya, subhanallah, beberapa ulama, mereka berkata, “Apa maksudnya menyatakan ‘maytan’ – mati?

Ghibah & Fitnah

Beberapa ulama mengatakan saat kita berghibah, memfitnah, sama halnya Anda membunuh orang tersebut. Pada malam Isra’ Mi’raj Nabi shallallahu alaihi wa sallam melihat salah satu pemandangan orang-orang yang menggaruk mukanya menggunakan paku-paku tembaga. Nabi shallallahu alaihi wa sallam sangat ngeri melihatnya. Ketika beliau bertanya apa yang terjadi dengan mereka, dikatakan kepada beliau bahwa itu adalah orang-orang yang suka bergunjing.

Pada intinya begitu Anda menanggalkan kemampuan dan kenyamanan seseorang untuk menunjukkan wajahnya di depan umum. Allah ‘azza wa jalla akan membuat Anda menanggalkan wajah Anda pada Hari Pembalasan secara harfiah. Jadi sebuah reputasi begitu dimuliakan, dan hukuman bagi mereka yang memfitnah, bergunjing, hukuman bagi yang merusak penampilan orang lain di depan khalayak.

Itu sebabnya cara kita mengimbangi keburukan itu Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengajari kita untuk mengatakan hal-hal baik mengenai orang itu di depan khalayak. Sebagaimana Anda telah menjelekkannya, Anda harus memujinya. Anda harus mengembalikan reputasinya ditengah-tengah masyarakat.

Allah ‘azza wa jalla memahami betapa pentingnya bagi kita untuk merasa nyaman, bahkan percaya diri. Yang dikutuk Allah pastinya adalah kesombongan dan ketidakamanan. Namun Allah ‘azza wa jalla sangat paham, karenanya Dia menjadikan kehormatan, dan martabat seseorang sangat dimuliakan.

Anda Senantiasa Dipaksa Berekspresi, Menunjukkan Sesuatu

Kita menyaksikan hal ini setiap saat bukan? Saya yakin ini sudah pernah diutarakan tentang gadis-gadis yang bunuh diri karena foto-foto yang dikirimkannya ke pacarnya tersebar kemana-mana dan reputasinya hancur dan mereka merasa tidak punya alasan lagi untuk hidup.

Begitulah yang terjadi di masyarakat dimana Anda selalu dipaksa untuk mengekspresikan diri. Ekspresikan diri Anda melalui Facebook, Twitter, Instagram, ekspresikan diri Anda di sekolah, masjid, konvensi, ekspresikan diri Anda di pertemuan keluarga, pernikahan, ini-itu… Anda senantiasa dipaksa berekspresi, menunjukkan sesuatu, bukan?

Orang Paling Buruk Di Sisi Allah

Subhanallah, saya sering memikirkan hadis Nabi shallallahu alaihi wa sallam, bahwa orang yang paling buruk di sisi Allah subhanahu wa ta’ala, “Dzulwajhain“, orang bermuka dua.

Alladzii ya’tiy haaulaai bi wajh wa haaulaai bi wajh.

Seseorang yang datang pada sekelompok orang dengan satu wajah, dan pergi ke kelompok lain dengan wajah yang lain.

Subhanallah, di dunia yang kita tinggali saat ini. Orang memiliki 20-30 wajah, bukan hanya dua, bukan? Anda selalu mengekspresikan diri kepada dunia melalui berbagai cara dan pada akhirnya apa yang terjadi?

Apakah saya aman dengan kulit saya yang sebenarnya?

Ada sebuah tulisan yang sangat menarik pernah saya baca. Biasanya jika Anda membaca tentang “Ibtila‘”, ujian, cobaan. Anda akan membaca tentang ujian kekayaan, ketenaran, sebangsanya.

Ujian Kecantikan

Imam Ibn Qutaybah rahimahullah memiliki satu bab tentang ujian “Al-Jamaal”, ujian kecantikan. Beliau menganggap kecantikan adalah ujian bagi seseorang. Mengapa? Karena Allah ‘azza wa jalla… bagaimana hidung Anda ditempatkan, dan bagaimana mata Anda ditempatkan dan tahi lalat yang terletak di sekitar sini atau dimanapun. Allah subhanahu wa ta’ala menetapkan itu dengan sempurna dan memberi Anda daya tarik atau kurangnya daya tarik dengan kadar tertentu. Itu semua ujian.

Karena ketika seseorang terlalu cantik, apa jadinya? Mereka menjadi dangkal. Acap kali mereka menjadi dangkal, sombong. Punya tendensi jatuh ke dalam zina dan sebangsanya. Orang-orang melemparkan diri kepadanya. Kecantikan bahkan dianggap sebagai ujian oleh ulama karena ini adalah hadiah dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Jadi ketika Allah subhanahu wa ta’ala – Anda semua pasti berpikir ini ujian saya, he he he – Mengapa Allah menciptakan saya sangat tampan, begitu kan? Saya lihat Anda semua menganggukkan kepala.

Bagaimana Cara Nabi Mendorong Kepercayaan Diri Sahabat?

Jadi saya kira saya akan bicara tentang rasa aman, tapi… hmmm. Bagaimana Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengatasi hal ini? Orang-orang tidak merasa senang dengan dirinya sendiri. Secara konsisten Anda temukan pada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau menyuruh orang-orang untuk mengkhawatirkan tentang bagaimana mereka terlihat di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Sesederhana itu – saya tahu waktu saya singkat -. Setiap kali Nabi shallallahu alaihi wa sallam menasihati seseorang yang rendah diri, beliau sebutkan citra mereka di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.

Berapa orang di antara Anda yang sudah menyaksikan video “Sahabat yang paling jelek”, angkat tangan Anda? Jika Anda belum melihatnya, saksikan di YouTube. “Terjelek” adalah kutipan karena tentu tak ada di antara sahabat yang jelek.

Anda akan membaca kisah mereka yang tentang Julaibib radiyallahu ta’ala anhu, sahabat Zaahir radhiyallahu ta’ala anhu, bagaimana Nabi shallallahu alaihi wa sallam memacu percaya diri mereka. Silahkan lihat video mereka insya Allah, karena saya tak punya waktu menceritakan Julaibib.

Kisah ini sangat bertenaga, Julaibib artinya “yang rusak”, dan usaha yang dilakukan Nabi shallallahu alaihi wa sallam agar Julaibib merasa berharga. Zaahir radiyallahu ta’ala anhu dicengkeram oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam di pasar (the Suuq), lalu beliau bergulat dengannya.

Zaahir radhiyallahu ta’ala anhu mengatakan saat dia menyadari itu Nabi, saya langsung meletakkan punggung saya di dada beliau, karena itu adalah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Siapa yang tidak ingin Nabi shallallahu alaihi wa sallam memeluknya dan bergulat dengannya.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bergurau dengan berkata, “Man yasytari haadzal ‘abd, man yasytari haadzal ‘abd?

Siapa yang ingin membeli budak ini? Siapa yang ingin membeli budak ini?

Zaahir radhiyallahu ta’ala anhu berkata, “Ya Rasulullah, bahkan jika benar saya seorang budak, siapa yang mau membeli saya?

Perhatikan betapa rendahnya percaya dirinya, “Siapa yang mau membeli saya bahkan jika saya memang seorang budak?

Zaahir radhiyallahu anhu berkata, “Nabi shallallahu alaihi wa sallam memutar badanku dan meletakkan tangannya di bahuku, lalu tersenyum dan berkata, ‘Wa la kinnaka ‘indalloohi ghool.’

Tapi kamu tidak ternilai di hadapan Allah, mengapa kamu khawatirkan penilaian orang?

Mengapa kamu merasa rendah diri?

Jika dikaitkan dengan apa yang dikatakan Ibn Qutaybah rahimahullah dan tulisannya tentang ujian kecantikan, “Apakah Anda kira Zaahir ingin kembali ke dunia ini sejenak dengan wajah rupawan?

Ataukah dia akan puas dengan apa yang dilakukan Nabi shallallahu alaihi wa sallam padanya hari itu, dan dengan apa yang dikatakan Nabi shallallahu alaihi wa sallam tentangnya?

Mungkin kerendah-hatian muncul dari ujiannya menjadi orang yang tidak terlalu menarik. Namun Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengingatkan dia akan apa? Kamu tidak ternilai di sisi Allah, mengapa memikirkan pendapat orang tentangmu?

Rasulullah Menguji Sahabat Secara Acak

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga menguji sahabat secara acak. Suatu kali Nabi shallallahu alaihi wa sallam duduk bersama Anas radhiyallahu anhu. Nabi shallallahu alaihi wa sallam melihat seorang lelaki berjalan dan masya Allah, dia tampan, kaya, tenar, punya segalanya.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bertanya, “Apa pendapatmu tentang orang ini?

Ya Rasulullah, jika dia bicara semua orang akan mendengarkan.

– Dan ini akan dibicarakan pada serial Inspiration episode 8 – Iklan bukan? “Honoring Mankind”.

Jadi mereka menjawab, “Jika dia bicara, semua orang mendengarkan.

Jika dia menengahi atas nama seseorang, mediasinya akan diterima. Jika dia melamar siapapun, dia bisa menikahi siapa saja yang diinginkannya.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Baiklah.

Lelaki lain lewat, dia sangat miskin dan rendah di dalam masyarakat. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bertanya, “Bagaimana dengan yang ini?

Ya Rasulullah, jika bicara tak seorang pun peduli apa yang dibicarakannya, jika dia menengahi, tak seorang pun peduli mediasinya, dan tak seorang pun mau menikahkan putrinya dengan pria itu.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata, “Apa?

“Teladan dari pria ini (‘indallooh), di sisi Allah, lebih baik dari pria yang pertama sepenuh bumi.”

Di Sisi Allah Saya Bukan Apa-Apa

Beliau mengajari mereka merubah sudut pandang, cara menilai orang, serta cara mereka menilai diri mereka sendiri. Karena mereka mungkin mereka memandang dirinya terlalu tinggi, namun jika Anda kecil di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala, – saya tak peduli betapa bagus rupa Anda dan betapa kaya Anda, saya tak peduli jika Anda memakai sepatu seharga 140 dolar, atau Anda memakai pakaian bagus, jika di sisi Allah Anda kecil, maka Anda kecil. –

Ubadatul Mushomad radhiyallahu anhu, ada doa yang hebat yang diajarkan Syekh saya, ketika dia pertama melihat – ini cukup canggung -. Guru saya memanggil saya ketika beliau melihat video pertama saya di YouTube.

Beliau berkata, “Taqillaah, takutlah kamu kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Beliau mengingatkan saya tentang pernyataan ‘Ubadah radhiyallahu anhu, seorang sahabat yang terkenal.

Dia sering berkata, “A’uudzubillaah, an akuun ‘adziimaan fiin nafsi, – an akuuna ‘aadziiman fiin nafsi wa ‘indallooh haqiiroo.

Saya mohon perlindungan Allah kepada Allah, dari menganggap diri saya besar, tetapi kecil di sisi Allah.

Artinya, saya berkaca dan berkata, “Masya Allah, lihatlah saya.

Namun di sisi Allah saya bukan apa-apa.

Kisah Abdullah ibn Mas’ud

Dan setiap saat jika ada kesempatan, Nabi selalu membuat kejelasan itu. Berapa di antara Anda yang pernah mendengar nama Abdullah ibn Mas’ud?

Ibn Mas’ud radhiyallahu anhu seorang sahabat yang hebat, sebuah ‘gunung’ dalam agama ini, yang secara fisik sangat pendek dan kecil. Begitu kecilnya ketika bersama para sahabat, angin menerbangkannya ke sebuah pohon. Dia sedang ada di dekat batangnya, lalu diterbangkan angin ke atas pohon. Kakinya terlihat, dan para sahabat menertawakannya.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak membiarkan itu terjadi. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bukan seseorang yang suka melarang orang tertawa. Anda selalu melihat hal ini di keseluruhan sirah. Beliau ikut serta dalam gurauan, saat melihat sahabat bergurau dan bergembira tapi bukan dengan mengorbankan harga diri lelaki ini.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bertanya, “Apa yang kalian tertawakan?

Mereka jadi sadar ini masalah serius.

Kakinya sangat kecil seperti ranting, wahai Rasulullah.

Kata Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, “Tapi kedua kaki itu sebesar Uhud di sisi Allah pada Hari Pembalasan.

Berapa orang di antara Anda yang pernah melihat gunung Uhud? Uhud adalah salah satu gunung surga, ini adalah gunung yang sangat besar. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengatakan, “Ibn Mas’ud radhiyallahu anhu pada Hari Kiamat akan melangkah dengan kaki yang sebesar Uhud.

Kalian mengolok-olok dia? Kalian tak tahu siapa dia. Itu perilaku orang yang tidak beriman!

Menariknya, Ibn Mas’ud adalah yang mengakhiri hidup Abu Jahal. Abu Jahal itu seperti Umar ibn Khattab, berperawakan tinggi besar. Ketika Ibn Mas’ud radhiyallahu ta’ala anhu menaiki tubuh Abu Jahal yang sedang terkapar, untuk menghabisinya dalam Perang Badar.

Abu Jahal begitu sombong, menatapnya dan berkata, “Inikah yang akan membunuhku? Orang ini?

Kamu telah mendaki gunung yang terjal, ‘ya ruway al gholam’, hai penggembala domba.

Kau kira siapa dirimu? Kamu yang akan membunuhku?

Bisakah kau panggilkan Umar ibn Khattab atau orang hebat lainnya?

Setidaknya aku bisa pergi dengan hormat.

Abu Jahal gusar bahwa Abdullah ibn Mas’ud akan membunuhnya, karena dia sangat kecil. Dia bahkan sempat bertanya kepadanya, “Siapa yang menang perang saat ini?

Ibn Mas’ud menjawab, “Al gholabatu lillaah, wa li rasulillaah ya’duwallooh.

Kemenangan itu untuk Allah dan RasulNya, wahai musuh Allah.

Dialah – subhanallah – yang menghabisi nyawa Abu Jahal, pembunuh begitu banyak orang beriman. Perhatikan kepercayaan diri Ibn Mas’ud radhiyallahu anhu, hanya karena nasihat Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengatakan didepannya bahwa kedua kakinya akan menjadi sebesar gunung Uhud di Hari Kiamat.

Meski sedang menegur para sahabat, beliau juga menasihati Ibn Mas’ud, “Jangan pikirkan omongan mereka, tak ada masalah.

Kamu baik-baik saja, kamu lebih baik dari omongan mereka.

Kamu lebih baik dari sebagian besar sahabat.” Dan ini kenyataan.

Ibn Mas’ud termasuk di antara sahabat terhebat dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Dia memiliki status sedemikan rupa dalam agama ini, yang begitu luar biasa. Jika Anda mempelajari hadis, Anda akan melihat nama-nama aneh seperti Abul Batun, Ayah Si Perut Besar, seorang perawi hadits, Tufail ibn Ubay ibn Ka’ab radhiyallahu ta’ala anhuma. Anda temukan berbagai perawi dengan bermacam nama. Juga ditemukan Abdullah. Lebih dari 300 sahabat bernama Abdullah, tapi Abdullah yang ini adalah Ibn Mas’ud.

Artinya apa? Bahkan tidak perlu menyebutkan Ibn Mas’ud. Begitulah kebesaran lelaki ini di dalam agama kita. Apakah Anda kira ketika muncul di Hari Kiamat, Ibn Mas’ud radhiyallahu anhu dengan kedua kaki sebesar Uhud berpikir, “Ya, ini hebat, tapi aku ingin menjadi agak tinggi di dunia.

Anda pikir dia peduli? Apakah itu cukup penting baginya? Mungkin ini kerendah-hatian yang diperolehnya akibat ejekan dalam hidupnya. Mungkin itu yang menjadikannya memiliki tawadu’, adab, dan iman yang baik. Itu yang terpenting.

Allah Tidak Melihat Wajah/Tubuhmu, Melainkan Dia Melihat Hatimu

Jadi ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengatakan padamu, “Innallooha laa yanzhuru” – Allah tidak melihat – “Ilaa suwarikum, wa ilaa ajsaadikum“. Allah tidak melihat wajah-wajahmu, tubuh-tubuhmu. Nabi menggunakan kata kerja bentuk sekarang.

Tidak! Allah tidak akan melihat wajah-wajahmu, tubuh-tubuhmu. Beliau berkata, “Innallooha laa yanzhuru.” Allah tidak melihat wajah-wajah atau tubuh-tubuhmu, melainkan “Yanzhuru ilaa quluubikum.” Dia melihat hati-hatimu. Itu yang penting bagi Allah subhanahu wa ta’ala.

Apa itu berarti saya bisa mentato tubuh saya dan melakukan apa saja yang saya suka, berpakaian semau saya, dan itu tidak masalah karena hati saya baik? Tidak! Yang dimaksudkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah “status” Anda. Dari konteksnya jelas bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak bicara soal amal Anda. Beliau bicara soal “status” Anda di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Itu yang penting bagiNya. Hati dan apa yang datang dari hati pada saatnya akan mempengaruhi tubuh.

Jadi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam meletakkan fondasi itu bagi kita pada awal perkembangan Islam bagi para sahabat yang sangat termakan budaya kesukuan dan pengkotak-kotakan serta uji litmus (keputusan oleh satu faktor) yang konyol ini, untuk sebuah “status” di mata masyarakat. Ini intinya, ini pesan yang ingin saya sampaikan kepada Anda semua.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Dho’ufath-thoolibu wal-mathluub.” (QS. Al-Hajj ayat 73)

Orang yang tengah mencari dan yang tengah dicari telah melemah dan mengecil.

Apa maksudnya? Meski orang menerima penampilan Anda, foto profil Facebook Anda hebat, foto cover Anda bagus, pakaian Anda bagus, Anda kelihatan rupawan hari ini. Bahkan jika mereka berkata begitu tentang Anda, apa sebenarnya yang sudah Anda peroleh dalam kehidupan?

Subhanallah, Anda akan melemahkan diri sendiri karena Anda takkan pernah cukup baik di mata mereka. Karena mereka pasti menemukan suatu kelemahan. Anda takkan mampu memuaskan semua orang. Orang akan selalu bisa menemukan kesalahan Anda. Pertanyaannya, Anda ingin menyenangkan siapa?

Am man yujiibul-mudhthorro idzaa da’aahu wa yaksyifus-suuu’a.” (QS. An Naml ayat 62)

Memangnya siapa yang akan menjawab panggilanmu ketika butuh pertolongan? Siapa yang akan ada di sana untukmu ketika kamu butuh bantuan mereka?

A ilaahum ma’a Allah.” (QS. An-Naml ayat 62)

Adakah Tuhan lain yang kita cari selain Allah?

Artinya jika ada yang lain yang kita cari selain Allah, apa yang akan kita peroleh? Kenyataannya pada abad ke-21 ini, orang lebih peduli pada ilusi kebahagiaan dari pada benar-benar mengalami kebahagiaan. Bahwa sekitar saya mengira saya bahagia lebih penting daripada menjadi bahagia. Bahwa sekitar saya menganggap saya rupawan lebih baik dari pada merasakan menjadi rupawan.

Saya membaca sebuah penelitian menarik yang mencengangkan, tapi bisa dilihat kebenarannya. Bahwa salah satu kriteria yang kita perhatikan saat mencari pasangan, bagi banyak orang hal ini akan menjadi pertimbangan dalam membuat keputusan. Seberapa bagus dia terlihat pada foto cover Facebook saya? Apa yang akan dikatakan orang, bagaimana nanti hasil foto pernikahan? Dapatkah Anda bayangkan mereka berpikir tentang hasil foto pernikahan dan apa yang akan dikatakan orang?

Saat online, kita punya kaos bertuliskan “Think 1 dan Think 2”, “I’m His dan I’m Hers”, dan semua hal aneh dan dangkal lainnya yang terjadi pada bulan awal pernikahan. Lalu tiba-tiba semua foto itu menghilang.

Apa yang terjadi? Itu karena Anda meletakkan kehidupan Anda di sana, subhanallah. Pada akhirnya semua itu termasuk dalam proses pengambilan keputusan. Apa yang akan dikatakan orang? Berapa banyak “suka” yang akan saya peroleh? Apa yang akan dipikirkan orang tentang saya? Kita tertawakan hal ini, tapi ini terjadi! Dan mungkin saja ini juga terjadi pada sebagian kita.

Jadi coba Anda merenungkan, ketika bangun pagi hari dan berkaca. Pertanyaan pertama yang muncul di benak Anda seharusnya, “Bagaimana Allah melihat saya sekarang?

Bagaimana penampilan saya di hadapan Allah saat ini?

Bukan, “Bagaimana saya terlihat di Hari Kiamat,” itu ada waktu dan tempatnya sendiri. Saya akan menghadapinya saat itu datang, mungkin segera. Saya bukan berkata abaikan, saya bilang…

Doa Ketika Mengenakan Pakaian

Saat ini, ketika bangun pagi, hal pertama yang terpikir sebelum apa yang dikatakan orang, betapa modisnya saya, dan betapa orang akan berpikir tentang rupawannya saya.

Pertanyaan pertama seharusnya, “Apakah Allah senang dengan saya saat ini?

Allah sedang melihat saya saat ini, “Apakah Allah senang kepada saya saat ini?

Apakah Allah suka dengan penampilan saya?

Dan ketika Anda memakai pakaian, hal pertama yang terpikir seharusnya, “Alhamdulillaahil-ladzii kasaanii haadzaats-tsaub, min ghoiri haulin minnii wa laa quwwah.

Pertama yang Anda lakukan adalah bersyukur pada Allah, sebelum mengatakan apa yang salah dengan pakaian itu, Seperti, “Tidak seperti yang saya harapkan, terakhir saya masukkan dalam mesin cuci, mesin pengering bla… bla…. bla…

Hal pertama yang seharusnya muncul di pikiran Anda adalah, “Alhamdulillaahil-ladzii kasaanii haadzaats-tsaub.

Segala puji bagi Allah yang memberi saya pakaian ini.

Min ghoiri haulin minnii wa laa quwwah.

Tanpa daya dan kekuatan dariku sendiri.

Tahukah Anda pahala mengucapkan doa tersebut? Ada yang tahu? Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata siapa saja yang mengucapkan doa tersebut saat berpakaian, “Ghufiro lahu maa taqoddamaa min dzanbihi,” akan diampuni semua dosanya sebelumnya.

Pengakuan terhadap kesempurnaan Allah itu dan nikmat serta berkah Allah atas diri Anda, tidak mengeluhkan apapun, hanya bersyukur, menyadari keberadaan Allah bahkan pada saat berpakaian seraya memulai hari Anda dan menjadikan citra Anda di sisi Allah sebagai prioritas utama. Ini cukup untuk mengampuni semua dosa Anda yang telah lalu.

“Hayaa” Itu Meliputi Lelaki Dan Wanita

Subhanallah, begitulah pemberdayaan Islam. Demi Allah, Islam memberdayakan Anda. Islam memberdayakan lelaki dan perempuan, – apa ini tadi dibahas? – “Hayaa” (kesopanan) itu meliputi lelaki dan wanita.

Ada orang-orang aneh yang selalu berdebat di halaman Facebook saya. Umar Ustman hafizhahullah ta’ala berkata, “Komentar Facebook adalah versi baru komentar YouTube.” Benar sekali.

Ada komentar yang paling konyol dan memalukan di Facebook bukan? Seperti seorang akhwat berkomentar dan dia tidak menggunakan hijab, lalu – tidak ada hubungannya – seorang akhi langsung masuk dan membalasnya.

Akhi itu mengatakan, “Beraninya Anda bicara, pasang dulu hijab Anda.

Komentarnya berlanjut kepada semua foto di profil Facebooknya. Tapi apa yang dilakukan akhi tersebut? Bersantai di pantai di Cancun tanpa kemeja.

Saya berpikir, “Sebentar, ada yang keliru dalam hal ini.

Hayaa” itu meliputi lelaki dan wanita.

Islam itu memberdayakan karena membuat Anda sangat tidak peduli. Bukan karena saya ingin mengatakan bahwa saya tidak peduli… tapi bahwa sikap yang memperlihatkan ketidakpedulian itu sebenarnya sangat peduli.

Ketika Anda memasang foto mencitrakan ketidakpedulian untuk menggambarkan diri Anda sebagai pemberontak. Anda sebenarnya sedang mengatakan bahwa Anda sebenarnya peduli. Anda sangat peduli apa pendapat mereka tentang Anda, Anda cuma ingin memberi pendapat negatif. Agar Anda merasa berdaya dengan itu. Ini masih memperlihatkan rasa tidak aman Anda. Anda mengejar persepsi, Anda memasarkan diri. Anda mencoba menjual citra diri tertentu.

Manusia Adalah Debu, Aku Tak Peduli Pendapat Mereka, Selama Engkau Senang, Maka Saya Bahagia.

Allah ‘azza wa jalla ingin membebaskan kita dari semua itu. Allah subhanahu wa ta’ala ingin membebaskan kita dari semua itu. Salah satu puisi yang indah, ucapan yang indah, “Idza shoh-ha minkal wudh-dhu, fal kullu hayyinun, fa kullu thuroobi thuroobuu.

Puisi ini dikaitkan dengan Sufyan ats-Tsauri rahimahullah ta’ala, bahwa, “Jika saya telah memperoleh cintaMu Ya Allah, maka semua menjadi tak berharga, karena semuanya yang diciptakan dari debu sesungguhnya adalah debu. Semua yang berada di atas debu ini sesungguhnya adalah debu.

Artinya manusia adalah debu, aku tak peduli pendapat mereka, selama Engkau senang, maka saya bahagia.

Kisah Tentang Seorang Gadis Di Perancis

Ketika saya melihat judul pembicaraan ini, saya akan bicara tentang kisah ini, meski saya sudah mengisahkannya dalam tiga konvensi ISNA, tapi ini berhubung topiknya terkait saya kisahkan kembali. Kisah tentang “Seorang Gadis di Perancis”. Berapa banyak yang sudah mendengar? Masya Allah tidak banyak. Bagus, kita mulai saja.

Larangan hijab di Perancis terjadi sekitar tahun 2003 atau 2004, ketika Jacques Chirac melarang hijab di sekolah umum. Ada seorang gadis Perancis bernama Cennet Doganay, berumur 16 tahun. Dia menjadi berita utama karena menggunduli kepalanya. Subhanallah, rambutnya digunduli lalu dia pergi ke sekolah.

Ini menjadi berita besar karena dia berkata, “Aku melakukan yang aku suka.

Kebetulan para reporter berada di depan sekolahnya. Dia masih belasan tahun. Mereka menghujaninya dengan pertanyaan, karena ini menimbulkan gejolak media. Karena aksinya yang begitu berbeda, padahal dia asli Perancis, bukan Aljazair atau Maroko.

Mengapa kamu melakukan hal ini?

Mereka menganggap ini sebuah pengkhianatan. Salah satu reporter menanyainya ketika sedang memasuki sekolah.

Katanya, “Jika sistem tidak menghargai saya, maka saya takkan menghargai sistem.

Lalu dia berlalu seperti bos. Serius. Seperti ini, buang mikrofon dan pergi. Subhanallah, saya sampai berkata, “Ya Tuhan!

Itu sangat bertenaga dan dalam. “Anda tidak menghargai saya, saya takkan menghargai Anda.

(Mengacungkan simbol victory) lalu pergi.

Bayangkan besar percaya dirinya. Setibanya di sekolah, Anda tahu apa yang dia alami? Para guru mencemoohnya, teman-temannya mengejeknya, orang-orang mengata-ngatainya dan membicarakannya. Satu hari penuh dia dicemooh. Ketika pulang sekolah, senyum lebar terukir di wajahnya, dan reporter kembali memburunya.

Apa yang kamu rasakan? Kamu dengar mereka menyorakimu di belakang sana?

Katanya, “Jika menjadi cantik di sisi Pencipta berarti menjadi jelek di sisi ciptaan, maka itu sudah setimpal.

Sungguh mengagumkan, subhanallah, saya sampai berseru, “Ya Tuhan!

Itu bukan perkataan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, bukan puisi sahabat atau tabi’in. Ini tentang pemberdayaan, betapa berdayanya dia karena agamanya. Bagaikan, “Saya tak peduli, itu tidak masalah!

Allah menganggapku cantik, saya tak peduli orang menganggapku jelek, dan demi Allah, kita semua bersaksi bahwa dia cantik karenanya. Itulah kecantikan, subhanallah, itulah kecantikan. Saya mengaguminya karena melakukan hal itu, dia inspirasi saya. Saya mengagumi dia, mengapa? Karena saya berharap bisa memiliki rasa aman dan stabil itu dalam diri saya.

Perangi Nafsu Anda

Berikut ini bukan untuk merendahkan semua orang, lalu saya sudahi karena waktu saya habis. Saya ingin mengingatkan Anda, insya allahu ta’ala, semuanya bertalian, ketika Anda bangun pagi hari, mengingat Allah subhanahu wa ta’ala, dengan cara berdoa saat berpakaian. Begitu Anda merasa menjadi tidak bersyukur, atau mengejar rasa senang orang lain. Lakukan sesuatu di luar kebiasaan yang takkan menghasilkan rasa senang mereka. Lakukan sesuatu yang tidak biasa.

Ali radhiyallahu ta’ala anhu mengatakan, “Saya punya teman baik yang saya kagumi saat dia mengambil keputusan yang sulit, ‘Yanzhuru ayyuhma aqrobu ilaa nafsihi,’ dicarinya yang paling dekat dengan egonya, ‘Fa yukhaalifuhu,’ lalu dilakukannya yang sebaliknya.

Artinya, ketika dia tak ingin bicara maka dia akan bicara, ketika ingin bicara maka dia diam. Perangi nafsu Anda, pada akhirnya ini adalah perang melawan nafsu Anda. Ini adalah perang dengan nafsu Anda yang hina. Dan itu sulit, menjadi seorang muslim itu sulit. Ini jauh melampaui citra diri.

Sulit untuk tidak melakukan apa yang dilakukan oleh teman non-Muslim Anda. Menjadi orang asing yang berbeda. Tapi jangan hanya menerima perbedaan Anda, tapi rangkul dan berbanggalah. Demi Allah jika Anda menghargai diri sendiri orang lain akan lebih menghargai Anda.

Saya dulu tidak begitu religius, biasa main basket tim sekolah. Tiba-tiba saya berubah religius. Awalnya orang-orang mengejek saya, tapi itu tak mempengaruhi saya. Subhanallah, saya tidak meresponnya… Sebenarnya saya tanggapi, dengan membuat lelucon balik. Saya tunjukkan itu tidak mengganggu. Saya tidak perlihatkan mereka seperti rasa kesal, menjauh. Karena saya lebih besar dari mereka, bisa mengalahkan mereka jika saya mau. He he he.

Meski ada sedikit rasa takut. Tapi sungguh saya rangkul, tertawa, dan melucu tentang itu. Lalu mereka melupakannya, kemudian mulai mendekati saya dengan semua pertanyaan.

Hati Menemukan Kedamaian Dengan Mengingat Allah

Demi Allah, ada seorang rapper teman SMA saya yang takkan saya sebutkan namanya, karena terakhir kali saya sebutkan namanya orang-orang tertawa ngakak. Seperti apa namanya? Semua orang akan terkejut dan mulai tertawa. Saya bisa tidak menyelesaikan ceramah, jadi saya tidak akan memberitahumu nama rappernya.

Apakah itu, “Hayya ‘alash sholah?” Anda dengar azan maghrib? Bahkan namanya terdengar lucu, jadi… Dia seorang “Southern Rappers”, oh, Anda tahu Southern Rappers? Astaghfirullaah… Itu buruk sekali, sepertinya… Ya kita kenal siapa mereka…

Jadi ada seorang rapper yang sering saya dakwahi, subhanallah, saya bawa dia ke masjid beberapa kali, dia sering menyatakan keinginan untuk menjadi Muslim. Jika Anda dengarkan Napoleon dan pengalamannya dengan 2Pac, Outlawz dan semacamnya. Anda temukan bahwa mereka yang begitu peduli dengan citranya, menghidupi dan mencari hidup dengan citra diri, merasa kosong.

Saya bicara dengan Husain Abdullah, teman baik saya, dia pemain… Ngomong-ngomong klub Kansas City Chiefs (KCC) termasuk tim Muslim Amerika sekarang. Mengapa? Karena dua teman baik, dua saudara Husain Abdullah bermain sebagai “safety” di sana, dan Ryan Harris juga seorang Muslim dengan kisah mualaf luar biasa, bermain sebagai penyerang di KCC sekarang.

Jadi saya tak peduli siapa tim Anda, saya yang fansnya Saints mengakar kepada KCC. Jadi Anda juga harus mengakar kepada Chiefs. Wow, Masya Allah. Seperti syariah yang menyeramkan bukan? Dua pemain Muslim pada tim yang sama. Tapi subhanallah, setiap bicara dengannya, dikatakannya betapa kososngnya para pemain itu. Dengan semua otot itu, wanita yang menghamburkan diri pada mereka, dan semua uang itu… mereka kosong. Kosong, tidak nyaman. Apa yang dikatakan Allah subhanahu wa ta’ala?

Alaa bidzikrillaah tathma’innul-quluub.” (QS Ar Ra’d ayat 28)

Bukankah hati menemukan kedamaian dengan mengingat Allah?

Tak ada lagi yang menenangkan hati dan memberikan kenyamanan dan tak ada lagi yang memberimu kedamaian. Baik nama rappernya, berapa orang yang pernah mendengar tentang Lil Boosie? Astaghfirullah, wassalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Subtitle: NAK Indonesia
Donasi: https://www.kitabisa.com/nakindonesia

English Transcript: https://islamsubtitle.wordpress.com/2018/01/02/body-image-reality-and-standards/

4 thoughts on “[Transkrip Indonesia] Citra Diri – Omar Suleiman

Leave a comment