[Transkrip Indonesia] Cinta Melanda – Nouman Ali Khan


Assalamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.

Saya pikir waktu shalat isya tinggal 10 menit lagi, ya? Jadi saya hanya akan berbicara selama 5 menit dan lalu kita dapat solat bersama. Tidak, hanya bercanda. Kita akan kembali setelah shalat Isya, In shaa Allahu ta’ala dan saya akan bicara tentang suatu hal. Saya akan mulai percakapan ini setelah shalat.

Jadi kita dapat langsung memulainya. Pertama-tama saya ingin minta maaf karena datang terlambat. Saya juga minta maaf karena saya baru akan memulai percakapan ini setelah shalat Isya. Karena saya juga punya kewajiban di rumah saya dan saya harus pulang. Dan karena percakapan ini juga bertema “Keselarasan dalam rumah tangga“, jadi saya lebih baik pulang ke rumah lebih cepat.

In shaa Allahu ta’ala. Saya ingin memulai dengan memberikan tugas kepada seluruh orang yang ada di sini. Sesuatu yang Anda perlu cari tahu sebelum mulai shalat (Isya). Dan jangan buka peralatan elektronik Anda. Lebih baik buka langsung Al-Qur’an untuk mencari tahu hal ini, setuju? Jangan mencarinya melalui internet juga..

Ada sebuah ayat dalam surat Ar-Rum. Saya tidak tahu surat Ar-Rum itu surat nomor berapa, carilah sendiri. Ada sebuah ayat dalam surat Ar-Rum, yang akan menjadi tema utama dalam topik saya, “Cinta, kedamaian, dan keselarasan dalam pernikahan”.

Ok, jadi ada satu ayat dalam surat Ar-Rum yang berkaitan dengan…?

Kedamaian, cinta, dan keselarasan dalam pernikahan“.

Jadi saya ingin tahu apakah kalian dapat menemukan ayat itu. In shaa Allahu ta’la dan kita akan membicarakan hal itu nanti.

Kemungkinan saya akan membagi percakapan ini ke-2 bagian. Bagian pertama mengenai ayat tersebut, dan beberapa pelajaran yang indah dari ayat yang Allah turunkan itu, dalam surat Ar-Rum.

Dan bagian kedua dalam percakapan nanti adalah tentang mengambil pelajaran yang dapat langsung diterapkan, dari al-Qur’an, dan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam membangun keselarasan dan kedamaian dalam rumah tangga.

Dan saya akan berusaha untuk tidak berbicara secara umum. Saya akan berusaha untuk berbicara dari sudut pandang yang umum. Seperti layaknya saya berbicara dengan adik laki-lakiku, pasangan muda. Seperti duduk di rumah dan berbincang.

Saya tidak mau berpikir bahwa ini adalah sebuah pidato, karena sebenarnya solusi yang kita butuhkan dalam rumah kita, tidak akan dihasilkan dari sebuah pidato. Melainkan dari sebuah perbincangan yang terbuka dan jujur. Itulah yang dibutuhkan.

Ketika seseorang membutuhkan penasihat, mereka ingin berbicara kepada seseorang, mereka tidak membutuhkan ceramah dari atas podium. Mereka hanya memerlukan seseorang yang memberikan nasihat yang tepat dan nyata bagi mereka. Jadi saya akan berusaha melakukan itu. In shaa Allahu ta’ala dalam bagian kedua.

Dengan izin Allahu ta’ala, saya kira ada cukup waktu bagi kita semua untuk mengambil wudhu dan bersiap untuk sholat. Jadi kita hentikan di sini dan dilanjutkan setelah Shalat Isha.

Assalamu’alaikum

———

وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنۡ خَلَقَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٰجٗا لِّتَسۡكُنُوٓاْ إِلَيۡهَا وَجَعَلَ بَيۡنَكُم مَّوَدَّةٗ وَرَحۡمَةًۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ ٢١

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS Ar Rum ayat 21)

Rabbishrahli sadri wa yasirli amri wahlul uqdatammiliisani yaf qohu qauli. Walhamdulillahi wa sholatu wassalamu ‘ala Rasulillahi wa ala alihi wa sahbihi wa man wala. Tsumma amma ba’d.

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Satu hal yang sangat menarik tentang Al-Qur’an, adalah tentang penggunaan kata-katanya yang menggambarkan sebuah imajinasi di dalam pikiran kita. Ada banyak perumpamaan di dalam Al-Qur’an. Dalam Surat Ar-Rum, Allah azza wa jal berkata;

وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنۡ خَلَقَكُم مِّن تُرَابٖ ثُمَّ إِذَآ أَنتُم بَشَرٞ تَنتَشِرُونَ ٢٠

Wamin ayatihi an khalaqakummin turabin.” (QS.Ar Rum ayat 20)

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah.

Saya minta Anda untuk membayangkan tanah. Jika Anda melihat tanah dan Anda menginjaknya atau mendudukinya, apa yang akan terjadi padanya? Tanah itu akan menyebar. Tanah itu tidak akan tetap dalam bentuknya, ia akan menyebar.

Sekarang, dengarkanlah.

ثُمَّ إِذَآ أَنتُم بَشَرٞ تَنتَشِرُونَ

Tsumma itha antum basharun tantashiroon.” (QS.Ar Rum ayat 20)

Allah berkata, “Dia menciptakan kamu dari tanah, dan seketika kamu berubah menjadi seorang manusia, daging dan tulang. Dan kamu berkembang biak (berpencar).

Tantashiroon,” berarti kamu berpencar.

Seperti apa yang berpencar? Tanah yang menyebar kemana-mana. Seperti itu, manusia diciptakan untuk berpencar kemana-mana. Dan berpencar kemana-mana itu berarti kita pergi ke lain arah.

Ketika sesuatu bersatu mereka bersama, tapi ketika mereka berpisah, mereka berpencaran. Jadi perumpamaannya adalah bahwa manusia pergi menjauh dari satu sama lain. Mereka pergi menjauh dari satu sama lainnya.

Dalam ayat berikutnya Allah azza wa jal berkata,

وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنۡ خَلَقَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٰجٗا

Wamin ayatihi an khalaqa lakummin anfusikum azwajan.” (QS Ar Rum ayat 21)

Dia berkata, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya.” (sebagai tambahannya),

Adalah bahwa, “Dia menciptakan untukmu pasangan dari jenismu sendiri.

Ketika Anda berpikir tentang pasangan, In shaa Allah saya akan menjelaskan sesuatu tentang penggunaan kata ini. Ketika Anda berpikir tentang pasangan, apakah Anda berpikir tentang dua orang yang bersatu atau berpisah? 2 orang yang bersatu.

Dalam ayat sebelumnya, manusia digambarkan saling berpencar. Dan dalam ayat selanjutnya Allah menyatukan mereka kembali. SubhanAllah.

Dan ini adalah salah satu bentuk ciptaan Allah, Dia menciptakan sesuatu yang menyebar terpisah, lalu Ia menyatukannya kembali. Begitu juga tubuh kita akan terurai ketika kita meninggal, ketika kita masuk ke dalam tanah. Lalu apa yang akan Allah buat setelah itu? Ketika Ia membangkitkan kita? Dia menyatukan (bagian) tubuh kita kembali.

Pasanganmu Bagian Dari Dirimu

Manusia diciptakan saling berpencar, saling berpisah satu sama lain, lalu Allah menyatukan mereka kembali. Ketika Adam (AS) diturunkan ke bumi, dia tidak diturunkan bersamaan dengan istrinya, mereka berpencaran dan harus menemukan satu sama lain untuk bersama kembali.

Jadi kejadian tentang saling bersatu kembali ini ada dalam kata “Tazwij“, “Zawaj“. Kata “Zawj” yang biasa di artikan dengan “Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan.”

Dalam pikiranku, cara terbaik untuk memahami arti kata “Zawj” dalam bahasa Arab, adalah dengan memahami bahwa, “Dia menciptakan untukmu bagian dirimu yang setengahnya.

Zawj” dalam bahasa Arab digunakan ketika sesuatu terdiri dari 2 bagian dan “Zawj” tidak dapat sempurna dengan sendirinya. Anda tidak dapat menganggap “Zawj” sebagai sesuatu yang sempurna dengan sendirinya, ia akan dapat sempurna ketika bersama bagian lainnya.

Sebagai contoh, Allah menciptakan banyak hal yang bersifat “zawjayn“,

وَمِن كُلِّ شَيۡءٍ خَلَقۡنَا زَوۡجَيۡنِ

Wamin kulli shay-in khalaqna zawjayn.” (QS Az Zariyat ayat 49)

Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan.

Pikirkanlah tentang malam dan siang. Dengan bersamaan, malam dan siang menghasilkan satu hari, sebuah kesatuan. Malam saja tidak akan menjadi satu hari, begitu pun jika siang saja. Dengan bersatunya mereka, maka akan menghasilkan satu hari.

Allah memasangkan matahari dan bulan. Bahkan untuk tujuan ibadah, kita memanfaatkan keduanya, ketika kita ingin tahu waktu shalat, kemana kita cari tahu? Kita melihat matahari.

Jika Anda ingin mengetahui kapan waktu yang tepat untuk sebuah ibadah dapat dimulai,

Kapan kita harus mulai berpuasa?

Kapan hari eid tiba?

Apa yang kita lihat? Bulan! Allah memasangkan 2 hal ini bersamaan.

Allah menciptakan segala sesuatu berpasangan. Segala hal di dalam agama kita, tidak dapat dipisahkan. Seperti ilmu dan perilaku kita, Anda tidak bisa memisahkannya. Seperti Qur’an dan Sunnah, Anda tidak bisa memisahkan keduanya. Seperti ketika kita berusaha untuk kebaikan hidup di dunia dan hidup di akhirat nanti, Anda tidak bisa memisahkan keduanya.

Seperti itu semua, Allah berkata bahwa Ia menciptakan untuk kamu pasangan. Sebagian dari dirimu yang lainnya. Dengan kata lain, ketika Anda telah menikah, Anda tidak bisa menganggap diri Anda sebagai satu orang. Anda harus menganggap diri Anda sebagai seorang yang “setengah”. Benar-benar Anda harus menganggap diri Anda sebagai diri yang “setengah”. Dan itu bukan sebuah masalah.

Allah katakan, “Lakum“, bukan “Alaikum“. Allah tidak melakukan ini untuk menghukummu, seperti yang banyak dari kalian pikirkan tentang pernikahan. Tapi ini adalah kebaikan dari Allah, bahwa Ia membuatmu sebagai “setengah” manusia yang selalu memikirkan bagian setengah lainnya. Dan hanya ketika Anda menyadari itu, maka Anda dapat merasa sepenuhnya.

Manusia tidak seperti hewan. Para hewan sudah terbiasa dengan tidak memakai sehelai pakaian pun. Mereka sudah terbiasa dan nyaman akan itu. Monyet, gajah, burung, mereka tidak butuh memakai pakaian dingin. Mereka tidak merasa malu.

Sedangkan manusia, kita tidak diajarkan untuk merasa malu, kita belajar dari cerita Adam alaihis salam, dalam cerita itu, Allah mengambil pakaian mereka dan seketika mereka merasa malu.

Apakah Allah mengajarkan mereka untuk merasa malu? Apakah mereka menghadiri kelas yang mengajarkan tentang rasa malu? Kelas yang mengajarkan tentang bagaimana menutup, menjaga dirimu? Tidak sama sekali.

Mereka sedang di dalam surga dan mereka baru saja diciptakan. Dan itu adalah pelanggaran pertama atas ketetapan Allah, yang dengan itu, pakaian mereka akhirnya terlepas, dalam surat Al-A’raf.

Dan seketika mereka ingin menutup diri mereka.

Bahkan Allah tidak menyuruh mereka untuk menutupnya. Merekalah yang ingin melakukannya itu sendiri. Apakah kamu mengerti maksud saya dengan menceritakan ini? Kita (manusia) adalah berpasangan dengan “pakaian” kita.

Orang-orang tidak berpikir tentang Anda melainkan mereka berpikir Anda yang utuh dengan pakaian Anda. Allah menetapkan hal itu.

Dan menariknya, ketika Allah membicarakan tentang pasangan kita, Allah menyebut mereka dengan,

هُنَّ لِبَاسٞ لَّكُمۡ وَأَنتُمۡ لِبَاسٞ لَّهُنَّۗ

Hunna libasunnakum wa antum libasunnahunna.” (QS Al Baqarah ayat 187)

Mereka adalah ‘pakaian’ bagi kamu dan kamu adalah ‘pakaian’ bagi mereka.

Sama seperti kita yang tidak pernah terpisahkan dari pakaian kita, kita bersatu sebagai bagian dari diri kita. Hal ini sudah menjadi bagian dan aspek kepribadian kita. Jadi, ketika kita sudah menikah, kita sebagai pasangan tak dapat dipisahkan.

Sebenarnya saya agak kaget ketika diberitahu topik pembicaraan ini. Pertama-tama, izinkan saya untuk mengeluh sebelum saya melanjutkan pembicaraan ini. Hal pertama, karena saya juga berteman dengan Syeikh Abdul Nasir dan ia mengeluh atas segala hal. Jadi saya dapat mengikutinya juga, dan sedikit mengeluh.

Hal pertama, sebelumnya saya setuju untuk membahas Qur’an. Tapi saya malah melihat selebaran brosur, yang bertuliskan IT Youth. Berapa banyak yang berhasil kalian undang? Saya tidak merasa setuju datang ke acara dalam selembaran brosur itu.

Dan hal kedua, saya bahkan tidak mengetahui topik pembicaraannya sampai 1 jam yang lalu. Baik, jadi itu 2 hal yang saya keluhkan. Tapi bagaimanapun juga, bagaimanapun juga, kita akan kembali kepada topik pembicaraannya.

Yaitu, bahwa Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan kita dan kita semestinya menganggap diri kita sebagai bagian yang lainnya dari pasangan kita. Satu kesatuan atas bagian lainnya. Jadi, jika kita mempunyai keyakinan itu.

Pernikahan Adalah Karunia Allah

Allah berkata,

وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦ

Wa min ayatihi” (QS Ar Rum ayat 21)

Dan “ayat” dalam bahasa Arab berarti tentang sesuatu yang mengingatkanmu kepada Allah. Hal itu juga merupakan karunia dari Allah untukmu, jadi seharusnya Anda bersyukur atas “ayat” Allah, layaknya kita bersyukur atas “ayat” Al-Qur’an, atas mukjizat Al-Qur’an. Atas wahyu Al-Qur’an.

Segala hal yang Allah ciptakan yang berupa “Ayat” adalah segala hal yang seharusnya kita syukur. Jadi, inilah yang seharusnya kita syukuri.

Bahwa Allah menciptakan kita sebagai manusia yang berpasangan dan menikah, dan dari sanalah kita dapat memenuhi sebagian diri kita yang lainnya. Itu adalah sesuatu yang seharusnya kita syukuri kepada Allah. Ketika kita bersyukur kepada Allah atas sebuah karunia, maka kita tak akan merusak karunia tersebut.

Ketika seseorang memberikanmu makanan. Apabila orang tuamu memberikanmu makanan. Ketika atasanmu memberikanmu gaji atau ketika Anda mendapatkan hadiah, atau balasan jasa dari orang lain. Maka Anda akan menghargainya, dan Anda akan memperlihatkan rasa hormat apabila memang itu berharga bagi Anda. Maka Anda akan menghargainya.

Jika karunia ini telah diberikan kepada kita oleh Allah, pernikahan adalah karunia dari Allah. Maka kita harus memuliakannya. Bukan karena pertama-tama kita ingin menghargai pasangan kita, melainkan karena kita mempunyai rasa hormat kepada Allah. Dari sana maka kita pun akan menghormati sebuah hubungan pernikahan. Hal pertama dan terpenting adalah bahwa kita adalah orang-orang yang telah menikah.

Kedua, bagi mereka di sini yang belum menikah dan berpikir untuk menikah, dan sejujurnya saya pikir mereka tidak mengerti apa yang mereka pikirkan atau bicarakan atau apa yang akan mereka hadapi kelak. Anda tidak mempunyai bayangannya. Kita tidak memiliki cukup orientasi pernikahan dalam komunitas masyarakat kita. Kita tidak memilikinya. Ini adalah hal pertama yang ingin kutambahkan, untuk memulai pembicaraan ini.

Kedamaian Dalam Pernikahan

Hal kedua, Allah azza wa jal berkata,

لِّتَسۡكُنُوٓاْ إِلَيۡهَا

Litaskunu ilaha.” (QS Ar Rum ayat 21)

Aku menciptakan pasangan untukmu.

Lalu Allah menjawab, “Mengapa Aku menciptakannya untukmu.

Jika seseorang bertanya, “Mengapa aku harus berpasangan bersama orang lain?

Kenapa saya ingin hidup bersama orang lain?

Saya baik-baik saja hidup sendirian.

Allah memberikan alasannya dalam ayat tersebut. Dia berkata, bahwa ini adalah karunia untukmu. Aku menciptakan setengah bagian dirimu.

لِّتَسۡكُنُوٓاْ إِلَيۡهَا

Allah katakan, “Litaskunu ilaiha.” (QS Ar Rum ayat 21)

Beberapa dari kalian membaca Qur’an, saya harap kalian semua membacanya. Apakah arti “sukun“? Berikan saya arti dalam Bahasa Inggrisnya. Apakah arti “sukun” itu? Ketika Anda berhenti.

Kedua, dalam bahasa Arab, “sukun” juga diartikan seperti ketika Anda bergerak kesana-kemari dan akhirnya Anda berhenti. Sudah saya katakan sebelumnya bahwa dalam Bahasa Arab terdapat banyak perumpamaan, begitu pula dalam Al-Qur’an.

“Pergerakan” dalam tata bahasa, diasosiasikan dengan “gangguan”. Ketika sesuatu bergerak, ia tidak sedang berdiam, berarti ia tidak dalam ketenangan. Dalam tatanan Bahasa Inggris, ketika sebuah benda berhenti bergerak, maka ia dalam keadaan tenang atau diam. Gambarnya adalah bahwa ia dalam ketenangan.

Yang Allah katakan adalah, “Aku menciptakan untukmu pasangan, karena Engkau akan ‘bergerak’ dalam keseharian.

Engkau akan melakukan banyak hal, memikirkan banyak hal. Pikiranmu tidak akan tenang, hatimu tidak akan tenang, badanmu tidak akan tenang. Namun ketika Anda pulang ke rumah menemui pasanganmu, akhirnya, semuanya dapat berhenti dan Anda dapat beristirahat.

لِّتَسۡكُنُوٓاْ إِلَيۡهَا

Litaskunu ilaiha.” (QS Ar Rum ayat 21)

Supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya.

Kata “Ilaiha” sangat menarik karena itu tertuju kepada perempuan dan laki-laki. Kata itu untuk kata plural. Dengan kata lain, seorang istri akan menemukan ketenangannya dalam sosok suaminya, dan suaminya akan menemukan kedamaian dari sosok istrinya.

Jangan buru-buru mengatakan, “Yeah, benar.

Itulah tujuan dari sebuah pernikahan.

Menurut Allah, “Aku memberikan karunia ini untukmu.

Dan ketika Anda melihat hadiah itu Anda tidak tahu apa kegunaannya, “Biarkan aku membuka hadiah ini dan lihat apa yang dapat ia lakukan untukku.

Allah beritahukan, ketika kita membuka hadiah tersebut; Inilah yang dapat ia lakukan. Ia akan memberikanmu ketenangan. Anda akan menemukan ketenangan dari sosok pasanganmu, dan ia pun akan menemukan ketenangan dari dirimu.

Sekarang Anda harus bertanya pada diri Anda, begitu pula dengan diriku, tentang sebuah pertanyaan. Bagi kita yang sudah menikah. Apakah karunia yang Allah berikan pada kita, yaitu pernikahan, ketika kita membuka ‘hadiah’ ini, apakah ia memberikan kita rasa tenang? Apakah ia mampu menenangkan kita? Apakah itu adalah sumber kedamaian diri kita?

Segala hal lainnya adalah masalah dan masalah, lalu inilah solusinya; Istrimu. Segala hal lainnya tidak berjalan benar namun satu-satunya hal yang berjalan benar adalah dengan istrimu.

Sebenarnya bagi kebanyakan dari kalian, segala hal lainnya berjalan benar, kecuali dengan istrimu. Benar bukan?

Bagi para perempuan, mereka tidak memiliki keluhan dalam hidupnya, kecuali tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan suaminya.

Aku mencintainya, namun segala sesuatu tentang dirinya sangat menyebalkan.

Ya kan? Inilah yang terjadi pada kebanyakan orang.

لِّتَسۡكُنُوٓاْ إِلَيۡهَا

Litaskunu ilaiha.” (QS Ar Rum ayat 21)

Sekarang, bagaimana caranya agar Anda dapat mencapai pada satu titik, supaya Anda menemukan ketenangan pada diri mereka.

Allah katakan,

وَجَعَلَ بَيۡنَكُم مَّوَدَّةٗ وَرَحۡمَةًۚ

WajaAAalabaynakum mawaddatan warahmah.” (QS Ar Rum ayat 21)

Dan sebagai tambahannya, supaya Anda dapat menemukan ketenangan dari sosok pasanganmu. Allah sendiri yang menempatkan, “jaAAalabaynakum”, Allah tempatkan di antara kalian, “mawaddatan warahmah”.

Sebuah bentuk rasa kasih yang sangat besar, “Mawaddah”. Kata sebenarnya dalam bahasa Arab adalah “Wudd” dan “Wadd“. Kata “Wadd” berarti “Cinta/Kasih“.

Wadd” adalah bentuk rasa kasih yang sangat kuat. Allah katakan ‘Mawaddah’, sebuah bentuk rasa kasih yang sangat kuat. Sebuah bentuk rasa kasih yang tidak biasa. Itulah yang Allah tempatkan di antara seorang suami dan seorang istri.

Biasanya Anda akan merasakan hal itu (Mawaddah) dalam beberapa bulan pertama pernikahan Anda. Rasanya sangat berbeda, sebuah perasaan yang belum pernah Anda rasakan sebelumnya. Anda tidak pernah membayangkan bahwa Anda dapat sangat terobsesi pada seseorang sampai sejauh itu. Anda tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya dalam hidup Anda.

Apakah perasaan itu akan selamanya bertahan? Perasaan “gila” itu? Bahwa Anda tidak dapat berhenti memikirkan pasangan Anda?

Anda memuja-mujanya dan berpikir, “Ya Allah. Terima kasih.

Perasaan itu tidak akan selamanya bertahan. Tapi memang akan diawali dengan perasaan seperti itu, sebuah rasa kasih/cinta yang sangat besar. Rasa kasih yang amat besar yang terdapat pada awal sebuah pernikahan itu seharusnya dapat menjadi layaknya “bahan bakar”.

Ketika Anda mengisi baterai ponsel Anda dengan baik, seharusnya ponsel Anda bertahan lebih lama, ya kan? Seharusnya ia bertahan lebih lama. Tapi supaya dapat bertahan lebih lama, apa yang harus Anda lakukan kepada ponsel Anda?

Ketika kamu mengisi baterainya lalu melepasnya. Anda tidak akan mengatur terang layarnya dalam tingkat paling tinggi. Anda tidak akan terus menyalakan fitur 3G-nya. Anda tidak akan terus menonton YouTube.

Apa yang harus Anda lakukan? Perlindungan/pelanggengan. Berikan sedikit keleluasaan kepada ponselmu. Jangan terburu-buru. Jangan terlalu berlebihan menggunakannya. Karena Anda harus menjaganya agar tetap bertahan lama.

Allah katakan,

مَّوَدَّةٗ وَرَحۡمَةًۚ

Mawaddatan wa rahmah.” (QS Ar Rum ayat 21)

Saya tidak bermaksud bahwa suami Anda adalah sebuah ponsel. Apa yang ingin saya katakan adalah, memang ada sedikit kemiripan. Sekali lagi memang ada sedikit kemiripan.

Anda benar-benar harus bersikap hormat padanya. Memberikan rasa kasih yang besar yang diikuti oleh rasa hormat. Dan dari sudut pandang psikologi, inilah yang ingin saya sampaikan kepada kalian tentang ayat ini. Hanya ayat ini, tidak seluruhnya. Apa yang ingin saya sampaikan adalah mengenai kenyataan psikologi. Kebanyakan, orang-orang yang menikah tidak melihat dirinya sebagai bagian dari setengah bagian lainnya (pasangannya). Sekali lagi, sebagai bagian dari pasangannya. Mereka tidak melihat dirinya seperti itu.

Mereka tetap menganggap dirinya sebagai satu orang, yang memiliki kehidupan sendiri, kepentingan dirinya sendiri, rasa cintanya sendiri, rasa bencinya sendiri, hobinya sendiri, kebiasaan dirinya sendiri. Dan ketika ada seseorang datang dengan kehidupannya sendiri.

Dan, “Aku aku akan meminta apapun yang saya inginkan darinya.

Dan mereka juga datang ke dalam hidupku untuk mengambil apa yang mereka inginkan untuk diri mereka.

Di sanalah bersatunya 2 orang yang egois, mereka tidak akan menjadi “Zawj“. Mereka tidak bersatu dalam keadaan “Dua bagian”. Sebenarnya itu hanya 2 lubang, dan ada sebuah “jurang” (lubang) di tengahnya.

Secara mental, Anda tidak belum siap menjadi seseorang yang rela ‘membagi’ dirinya kepada orang lain. Secara harfiah, jika Anda hanya memiliki setengah bagian diri Anda, maka setengah bagian lainnya milik orang lain kan?

Seperti itulah kehidupan pernikahan, Anda harus merelakan sebagian hal-hal yang Anda ingin lakukan. Dan Anda harus menggantinya dengan hal-hal yang dia (pasangan Anda) ingin lakukan. Dan Anda juga (bagi wanita), kalian harus merelakan hal-hal yang ingin kalian lakukan. Dan Anda harus menggantinya dengan hal-hal yang ia (pasangan Anda) ingin lakukan.

Dia berikan setengah bagian, Anda pun berikan setengah bagian. Seperti itulah seharusnya, seperti itulah “Zawaaj” seharusnya, seperti itulah pernikahan. Itulah hal pertama yang ingin saya sampaikan.

Hal kedua yang ingin saya sampaikan adalah, jika “hadiah” yang Allah berikan ini bertujuan untuk menemukan ketenangan antara seorang suami dan istri, maka kita harus mempertanyakan kepada diri kita,

Mengapa saya sampai bisa bertengkar dengan istriku?

Mengapa saya marah kepada suami saya?

Mengapa ini dapat terjadi? Saya harus melihat jauh ke dalam diri saya.

Dan sebelum saya dapat menjawab, “Ya, saya marah padanya karena sudah jelas dialah sumber kesalahannya.

Saya marah padanya karena dia diciptakan dengan segala keterbatasan, itu sangat jelas, sudah wajar.

Dia (istriku) tidak memahamiku.

Dia (suamiku) tidak memahamiku.

Jika Anda ingin memahami bagaimana segala kekacauan ini dapat terjadi, (periksalah), jika kemarahan itu datangnya dari Anda, maka sebenarnya sumber masalah juga dari Anda. Sekali lagi, jika kemarahannya datang dari dalam diri Anda, maka sumber masalah juga berasal dari diri Anda.

Kita (manusia) memberi apa yang kita terima.

Setiap wadah hanya mengeluarkan apa yang ia miliki di dalamnya.

Kita harus benar-benar menanyakan pada diri kita, apakah kita sudah benar-benar dapat sabar dalam pernikahan kita? Apakah kita telah melaksanakan kewajiban kita untuk memberikan ketenangan dalam rumah tangga kita?

Ini memang pertanyaan yang sulit. Tapi kita harus benar-benar berusaha untuk mengintrospeksi diri kita.

Apa yang sudah saya lakukan, yang seharusnya ada cara yang lebih baik dari itu?

Apa yang saya katakan, seharusnya ada cara yang lebih baik untuk mengatakannya.

جٗا لِّتَسۡكُنُوٓاْ إِلَيۡهَا وَجَعَلَ بَيۡنَكُم مَّوَدَّةٗ وَرَحۡمَةًۚ

“JaAAalabaynakum mawaddatan warahmah.” (QS Ar Rum ayat 21)

Berikan rasa kasih sayang terhadap pasanganmu. Kita selalu bersikap baik kepada orang lain, tapi tidak kepada pasangan kita. Sekarang mari kita bicarakan tentang kenyataan yang dapat kita aplikasikan dalam sebuah pernikahan.

Salah satu orang yang paling sulit untuk tidak kita curigai adalah suami atau istrimu. Merekalah yang paling sulit untuk tidak kita curigai. Ketika pasanganmu memberitahumu sesuatu,

Respon pertama adalah, “Apa maksudmu berkata seperti itu?

Apa maksudnya?

Apakah itu maksudmu?

Lalu pasanganmu menjawab, “Tidak, bukan itu maksudku.

Dan Anda jawab, “Aku tahu maksudmu berkata seperti itu.

Aku tahu apa yang kamu pikirkan.

Tidak ada rasa kepercayaan di antara kalian. Anda tidak dapat merasakan ketenangan jika Anda tidak memiliki rasa kepercayaan.

Ketika seseorang mengatakan, “Assalamu’alaikum” padamu.

Ini merupakan sesuatu yang diwajibkan, ya kan? Apakah arti “Salam” sebenarnya? Ya, kedamaian..

Ketika Anda pulang ke rumah dan mengatakan, “Assalamu’alaikum“, maka tidak ada pertengkaran. Kita (kepada pasangan kita) benar-benar dalam keadaan baik. Apapun argumen yang ada sebelumnya sudah hilang dan dibuang dan tidak akan diungkit kembali.

Karena aku baru saja mengatakan, “Assalamu’alaikum.

Dan si istri menjawab, “Wa’alaikumussalam.

(yang maksudnya) saya setuju bahwa segala pertengkaran sudah hilang. Kita berdua sekarang sudah saling menjanjikan kedamaian atas satu sama lain. Anda telah membuat ‘perjanjian kedamaian’ sesaat ketika Anda masuk ke dalam rumah dan berkata, “Assalamu’alaikum.

Sekarang, bandingkan dengan dirimu, “Assalamu’alaikum!

Wa’alaikum salaam!

Apakah itu terdengar seperti, “Perjanjian perdamaian” untukmu? Agama kita mengajarkan untuk memberi salam setiap waktu, supaya kita dapat menyelesaikan masalah. Agar kita tidak berdiam dalam masa lalu kita.

Hal pertama, tentang kepercayaan.Kepercayaan. Anda tidak dapat selalu berasumsi bahwa pasanganmu bermaksud jelek. Setan akan datang padamu dan berkata,

Apakah kamu sadar apa yang pasanganmu maksud atas perkataan itu?

Seperti ketika suamimu pulang ke rumah dan berkata, “Hey, wangi banget makanannya.

Apa maksudmu? Maksudnya wanginya tidak enak ya?

Aku tidak suka kamu selalu mengomentari masakanku… bla bla bla…

Aku hanya bilang bahwa wanginya enak!

Dia hanya katakan bahwa wanginya enak, tapi setan akan datang dan mengatakan,

Sebenarnya maksud dia itu baunya tidak enak dan ia ingin pergi ke rumah ibunya karena tidak tidak tahan.

Dan dia tidak suka masakanmu, dan dia sudah bilang ke teman-temannya bahwa kamu tidak berguna.

Kamu tidak bisa tinggal diam.

Dan akhirnya si istri marah. Dan ketika dia marah, si suami berkata,

Kamu tahu, aku akan pergi ke rumah ibuku saja.

Tuh kan benar!!

Tidak ada rasa kepercayaan. Itulah hal pertama, tidak adanya kepercayaan.

Hal kedua, yang seringkali tidak kita perhatikan. Hal keduanya, adalah bahwa kamu harus memiliki rasa santun/hormat satu sama lain. Anda harus memiliki rasa hormat terhadap perasaan orang lain. Sadarlah, setiap orang telah melalui hari yang melelahkan.

Suamimu sudah kelelahan seharian di kantor, Andapun juga sudah lelah, mungkin karena pekerjaan rumah, sekolah, menjaga anak atau lainnya. Kamu berdua sudah kelelahan, tapi tidak usah berusaha membuktikannya satu sama lain.

Aku sudah sangat kelelahan!

Jangan lakukan itu, Anda tidak perlu membuktikannya satu sama lain. Tidak perlu. Jika Anda tidak memiliki rasa penghormatan bahwa pasangan Anda sudah kelelahan, dan bahkan seharusnya memperkirakan bahwa mungkin saja ia melewati hari yang lebih sulit dari Anda. Tapi kamu tidak menunjukan penghormatanmu, dia hanya akan berpikir bahwa kamu hanya duduk-duduk di kantor. Dan kebetulan hari itu ia sudah sangat kelelahan.

Lalu ketika Anda pulang ke rumah, istrimu berkata, “Lakukan ini, itu, ini..!

Tapi aku baru saja pulang kerja.

Ya, tapi aku sudah sangat lelah hari ini!

Dan begitu pula sebaliknya, suamimu pulang dari kantor, dan ia mulai menyuruhmu macam-macam.

Dan Anda berkata, “Apa sih maumu? Aku sudah kelelahan.

Ya, tapi aku juga sudah sangat lelah, aku punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.

Tidak ada rasa saling menghormati. Tidak ada rasa penghargaan bahwa mungkin pasangan Anda juga melewati hari yang sulit. Kita hidup di zaman yang sulit. Semuanya kesulitan, dan kadang kita menjadi stress. Dan orang yang paling mudah untuk dijadikan tempat di-ekspresikan-nya rasa stress kita adalah pasangan kita.

Kita harus menjadi orang yang saling menghormati kepada pasangan kita. Kadang kita harus bersabar atas kemarahan mereka. Kita semua adalah manusia, bukan malaikat. Yang berarti, memang kita dapat marah. Kita dapat saja marah, ataupun frustasi.

Ada kalanya kita sangat kelelahan dan kita meluapkannya ke suami kita atau istri kita. Itu akan terjadi. Mungkin Anda tidak bermaksud melakukannya, tapi itu memang akan terjadi. Dan ketika ini terjadi, pasangan yang satunya harus mengerti,

Ya kadang saya juga bersikap seperti itu.

Aku mengerti keadaanmu sekarang, aku tidak perlu merespon atas setiap apa yang kau luapkan.

Kadangkala akan lebih baik untuk mengatakan, “Biarkan saja masalah ini, kita tinggalkan masalah ini.

Itulah yang seharusnya para suami lakukan, dan juga para istri lakukan.

Dan ngomong-ngomong, cara terbaik untuk menanggapi suami yang sering marah, ataupun istri yang pemarah, adalah dengan “Hadiah”. Itu hal terbaik yang dapat kau lakukan. Ketika istrimu mulai marah-marah, cobalah untuk mencuci piring.

Dia akan berkata, “Apa yang kamu lakukan?!

Tidak ada, aku hanya mencuci piring, mungkin kamu mau aku melakukannya.

Kamu tidak usah melakukannya! Aku bisa melakukannya sendiri!

Ya, saya tahu kamu bisa melakukannya sendiri, tapi aku ingin melakukannya untukmu hari ini.

Maka dia akan berhenti, dia akan kebingungan setelah itu. Dan dalam kebingungannya itu, dia akan berhenti marah-marah. Dan itu bagus, bukan?

Jika suamimu marah-marah. Dia mulai marah padamu, mulailah lakukan sesuatu hal yang tidak biasa.

Aku membuat makanan kesukaanmu.

Aku tidak mau.

Coba saja dulu.

Lalu dia mencobanya dan…

Sekarang aku tahu kenapa aku dulu menikahimu.

Tujuannya adalah untuk meredakan pasanganmu melalui kebaikan yang kamu lakukan. Dengan kebaikan. Lakukan sesuatu yang baik untuk pasanganmu. Ini adalah sunah, aku tidak mengada-ngada tentang hal ini. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga sering melakukan itu sendiri. Ia sering melakukan pekerjaan oleh dirinya sendiri.

Tahukah kamu apa respon terburuk yang diekspresikan atas kemarahan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam? Ketika ia benar-benar marah kepada Istrinya, apakah kamu tahu apa yang dia lakukan? Dia akan diam.

Ketika istrinya melakukan sesuatu yang salah, Ia (Rasulullah shallallahu alaihi wasallam) tidak berbicara padanya. Dia tidak akan membentak, berteriak, memarahi. Tidak satupun! Ekspresinya ketika sedang benar-benar marah adalah dia akan diam. Dia diam.

Jika kamu benar-benar ingin marah dan kamu tidak bisa menahannya, maka lebih baik diam saja. Lebih baik kamu pergi shalat ke masjid dan kembali lagi, hal itu akan menenangkanmu.Jangan luapkan kemarahan itu pada pasanganmu. Sekali lagi, jangan luapkan kemarahan itu pada pasanganmu.

Ini pembicaraan yang singkat, aku tidak bisa memberikanmu bahasan yang banyak tentang pernikahan. Ada beberapa hal saja, yaitu kepercayaan dan rasa hormat.

Hal yang ketiga, yang sangat umum. Tunjukkan rasa penghargaanmu terhadap keluarga pasanganmu masing-masing. Kalian harus menghormati keluarga pasanganmu masing-masing. Banyak masalah pernikahan yang bukan terjadi karena si istri tidak bisa menyatu (dengan keluarga suami), tapi karena si suami tidak menyukai sesuatu tentang kakak/ayah/ibu/sepupu istrinya. Dan juga si istri tidak menyukai sesuatu tentang kakak/paman/dll si suaminya. Dan mereka berdua selalu bertengkar tentang keluarga besarnya itu.

Dengan kata lain, masalahnya adalah tentang keluarga besar masing-masing. Anda tidak perlu mencintai mereka (keluarganya), itu memang sulit. Sekali lagi, Anda tidak perlu mencintai keluarga besar pasanganmu. Tapi apa yang Anda harus lakukan?

Anda harus menghargai mereka. Anda tidak boleh berkata buruk tentang mereka. Anda tidak seharusnya mengeluh tentang mereka. Anda tidak seharusnya bersikap seperti, “Keluargamu selalu seperti itu.

Jangan berkata hal-hal seperti itu.

Semua keluargamu seperti itu.

Jangan katakan itu..

Jangan buat pernyataan seperti itu tentang keluarga pasanganmu. Tunjukkan penghargaanmu. Istrimu sangat mencintai Ayahnya, kakaknya, ibunya. Seperti pula halnya dengan dirimu mencintai keluargamu. Anda tidak mau kan mendengar hal-hal buruk tentang keluargamu? Istrimu juga tidak mau mendengar hal seperti itu tentang keluarganya.

Itupun juga bentuk rasa sayang terhadap pasanganmu, bahwa Anda tidak mengatakan hal-hal yang menyakitkan tentang keluarganya. Anda mungkin tidak secara langsung mengatakan hal-hal seperti itu. Seringkali kita bermain ‘pintar’ terhadap pasangan kita, jadi kita tidak mengatakan hal-hal itu secara langsung, tapi melalui cara yang sarkasme.

Kakakmu apa kabar?” (sambil tertawa)

Kenapa kamu bertanya seperti itu?

Aku hanya menanyakan kabarnya, aku cuma pengen tahu.

Tidak, Anda sebenarnya tidak mau tahu itu. Senyum menyeringaimu membuktikan itu semua. Jika kamu memang tidak mau tahu tentang kakaknya, lebih baik tidak usah bertanya. Itu jauh lebih baik. Sekali lagi, hal itu jauh lebih baik.

Tunjukkan penghargaan Anda, rasa hormat Anda terhadap keluarga pasangan Anda. Dan bagian lain dari itu juga, ini hal terakhir yang akan saya bincangkan dengan kalian semua. Tentang topik pernikahan, khususnya di lingkungan masyarakat kita.

Izinkan Istrimu untuk melewatkan waktu dengan keluarganya. Dan begitu juga, izinkan suamimu melewatkan waktu dengan keluarganya. Tanpa perasaan marah padanya karena melakukan itu.

Kamu selalu di tempat keluargamu!

Kamu selalu bicara dengan kakakmu!

Kamu selalu melakukan itu, ini, itu.

Jangan begitu.

Berikan pasanganmu kesempatan itu. Dan seringkali, Istrimu ingin berbicara dengan keluarganya karena Anda tidak punya waktu untuk berbincang denganya. Seringkali itulah alasannya. Bukan karena istrimu lebih menyayangi mereka dibandingkan dirimu.

Ini bukanlah ajang kompetisi. Istrimu telah menikahimu. Kamu sudah menang. Kompetisinya telah selesai. Perjanjian “kontrak” nya telah ditandatangani. Itu sudah selesai.

Jadi Anda jangan berpikir bahwa mertuamu adalah lawan dari pihak pasanganmu. Anda jangan berpikir bahwa Ibu mertuamu selalu mempengaruhi suamimu untuk membenci dirimu.

Saya tidak suka ketika suamiku berbicara dengan Ibu mertuaku.

Jangan berperilaku seperti itu, Dia adalah Ibu suamimu. Saya mengerti bahwa Anda berpikir bahwa Ibu mertuamu adalah “Awan yang paling gelap” yang pernah kamu lihat. Saya tahu kamu berpikir seperti itu. Tapi bagaimanapun juga, dia adalah Ibu suamimu.

Dan Ibunya, mungkin saja berkata hal yang buruk tentangmu, kamu tahu kenapa? Karena dia pikir kamu sudah merebut anaknya dari dia. Jadi kalian berdua sama saja dalam beberapa hal. Dan suamimu tahu tentang hal itu.

Dan dia berkata, “Kamu sama saja seperti Ibuku.

Lalu kamu benar-benar marah, “Apa kamu bilang? Aku seperti ibumu??!

Para suami, kalian lebih baik diam saja. Jangan katakan apapun. Beri keduanya waktu. Berikan keduanya rasa penghargaan dan waktu. Sebenarnya tadi saya bilang itu adalah hal terakhir yang ingin saya sampaikan, ya? Tapi inilah hal yang paling terakhir. Saya benar-benar serius, ini hal yang terakhir yang akan disampaikan.

Para suami, kita harus dapat memberikan istri kita, saya tidak mengikutsertakan anak-anak dalam hal ini. Kita harus dapat memberi istri kita waktu, yang didalamnya hanya ada dia dan dirimu. Tidak ada anak-anak, mertua, pekerjaan, ponsel, laptop, tv, tidak ada yang lainnya. Hanya Anda dan pasangan Anda.

Mungkin kamu bisa mengajaknya makan di luar sekali-sekali. Mungkin satu kali dalam seminggu. Aturlah harinya. Jadwalkan waktunya. Jika kamu memang sibuk, jadwalkanlah.

Pada hari itu, sang nenek akan menjaga anak-anakku, dan saya dapat mengajak istriku makan di luar. Aku akan menghabiskan waktu dengannya, mungkin untuk berjalan-jalan kaki. Walaupun hanya untuk berjalan-jalan kaki.

Saya beritahu Anda, seringkali, satu-satunya hal yang istri kita inginkan. Itu sebenarnya amat mirip dengan apa yang ibu kita inginkan. Mereka hanya ingin merasa penting. Mereka hanya ingin tahu bahwa kamu perhatian. Itulah yang mereka inginkan. Mereka tidak ingin uang.

Kadang mereka meminta uang hanya karena sedang marah. Bukan karena mereka sangat memikirkan uang. Tidak! Anda mungkin saja berpikir seperti itu, tapi sebenarnya tidak. Anda dapat saja memberikannya hadiah atas kerja keras Anda. Kamu bekerja dan menghabiskan banyak waktumu di sana. Lalu kamu kembali ke rumah, memberikan mereka uang, rumah, ini, itu.

Tapi istrimu tetap marah, “Aku telah memberikanmu segalanya, kenapa kau masih marah?

Aku marah kepadamu karena kamu tidak membuatku merasa penting bagimu.

Uang, mobil, rumah. Semua itu memang bagus. Tapi dia hanya menginginkanmu. Dia menginginkan waktumu. Dia ingin supaya dapat berbincang denganmu. Dia ingin supaya ketika dia memiliki masalah, dia dapat langsung mengutarakannya padamu.

Supaya Anda dapat memiliki waktu untuk berbincang dengannya, kita harus mampu melakukan itu, karena biasanya kita tidak seperti mereka (wanita). karena ketika kita mempunyai masalah, biasanya kita mengutarakannya kepada teman kita, para laki-laki. Kepada teman kantor kita. Kita berbicara kepada orang tua kita, atau orang lain, tapi tidak kepada istri kita.

Lihatlah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Diperkirakan, krisis peristiwa terbesar yang terjadi dalam hidup Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, adalah ketika peristiwa Hudaibiyah. Ketika para Sahabat, menolak untuk melepas baju ihram mereka. Itulah pertama kalinya sekumpulan muslim yang rela menyerahkan hidupnya untuk Rasul shallallahu alaihi wasallam, mereka menolak untuk mematuhi perintahnya.

Mereka menolak untuk mematuhi perintah Rasul shallallahu alaihi wasallam. Hal itu benar-benar tidak dapat dibayangkan. Saat itu rasanya Rasul shallallahu alaihi wasallam tidak tahu lagi apa yang dapat dilakukan.

Lalu ke mana dia (Rasulullah shallallahu alaihi wasallam) meminta pendapat? Apakah ke seorang pemimpin, kepala pemberi nasihat, para sahabat yang lebih tua? Ke mana ia (Rasul shallallahu alaihi wasallam) pergi mencarinya? Kepada Istrinya. Dia pergi mencari istrinya.

Apakah Anda tahu bahwa di lembaga tingkat atas, di pemerintahan para raja-raja dahulu kala, perempuan tidak dibolehkan masuk ke bagian internal? Seperti ketika Presiden pada saat ia sedang mengadakan rapat internal, lalu istrinya datang masuk ke dalam ruangan, dia berkata,

Maaf, bisakah kamu kembali 10 menit lagi? Saya sedang dalam rapat.

Hal ini tidak ada kaitannya dengan kamu, wahai perempuan.

Lihatlah Nabi (shallallahu alaihi wasallam), apa yang ia (Rasul shallallahu alaihi wasallam) lakukan? Ketika dilaksanakan rapat tingkat tinggi yang penting. Kekuasaan tertinggi yang diberikan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, kepada siapa Rasul shallallahu alaihi wasallam bertemu? Kepada istrinya.

Seberapa penting seorang istri dapat berperan? Seberapa penting peran Ibu para mukminin kala itu? Perundingan pertama. Perundingan pertama, terjadi setelah diwahyukannya ayat.

Pertama, Nabi (shallallahu alaihi wasallam) bertemu dengan Jibril, setelahnya Nabi (shallallahu alaihi wasallam) bertemu dengan siapa? Istrinya.

Ke mana rasa penghargaan yang kita berikan kepada istri kita? Ke mana waktu berbicara yang baik yang kita berikan kepada istri kita?

Ini memang butuh usaha, ini tidak datang dengan sendirinya. Tidak untuk kita (para lelaki), karena kita tidak pandai dalam berbincang. Para lelaki bisa saja duduk bersama selama 3 jam tanpa berbicara dan tetap berkata,

Aku tidak mengerti dia sama sekali.

Mereka baik-baik saja. Para wanita menginginkanmu untuk berbicara. Dan jika tidak berbicara, setidaknya dengarkanlah. Tapi jangan cuma berpura-pura mendengarkan dan bersikap. Janganlah seperti itu. Dengarkanlah dengan baik. Berbincanglah dengan baik.

Kebanyakan masalah akan selesai jika dibincangkan dengan rasa hormat. Kebanyakan masalah itu akan selesai. Ini adalah beberapa hal yang ingin saya sampaikan lagi kepada kalian dan menyelesaikannya. In shaa Allahu ta’ala.

Kesimpulan

Hal pertama, apakah itu? Kepercayaan. Jangan mudah mencurigai. Hal kedua, yaitu penghargaan. Hal ketiga, yaitu rasa hormat untuknya dan untuk keluarganya.

Hal keempat, aku lupa. Rasa kepentingan, buat istri/suami Anda merasa penting. Luangkan waktu untuk mereka.

Ada sesuatu yang terlintas dalam pikiranku tapi aku tidak akan memberitahukannya, ok hal itu terlalu panjang. Tapi mungkin lebih baik diberitahu, tapi tidak. Tapi mungkin lebih baik diberitahu, ini juga sudah melebihi waktu awalnya, jadi… Ok..

Tadi saya katakan, apa yang mereka (para istri) inginkan sebenarnya? Agar merasa penting. Sekarang saya beritahu apa yang mereka (para lelaki) inginkan. Mereka hanya ingin merasa di hormati. Dihargai.

Mereka akan merasa bahwa mereka telah melakukan segalanya tapi Anda tidak menghargainya dan tetap mengeluh. Itulah yang mereka rasakan. Jadi, akan lebih baik untuk menyampaikan komentar seperti,

Aku menghargai apa yang telah kamu lakukan.

Terima kasih banyak.

Dan tunjukkan rasa hormatmu. Bahkan walaupun Anda tidak mau, buatlah ia merasa dihormati. Anda akan tetap dapat melakukan suatu hal dengan cara Anda. Anda tetap pasti bisa. Tapi buatlah ia merasa bahwa ia dapat melakukan dengan caranya. Anda cukup pintar untuk melakukan itu.

Ibuku selalu melakukannya padaku sejak aku lahir. Aku merasa bahwa aku melakukannya dengan caraku tapi sebenarnya cara dia yang dilakukan.

Tidakkah kamu pikir bahwa sayur ini lebih enak daripada coklat itu?

Dan tiba-tiba aku juga berkata, “Ya, ini memang lebih enak..kasih saja coklat itu ke kakakku.

Setidaknya buat mereka merasa bahwa mereka yang bertanggung jawab. Walaupun sebenarnya tidak, kamu tahu bahwa sebenarnya mereka tidak. Aku mengerti itu.

Aku tahu bukan aku yang mengaturnya. Tapi tahukah kamu bahwa ini membuatku merasa baik, untuk setidaknya berpura-pura bahwa aku yang mengaturnya? Buatlah mereka dapat merasakan itu.

Jangan buat mereka merasa bahwa Anda selalu tidak setuju terhadap apa yang mereka katakan. Mendebat kembali apa yang mereka katakan, membalikkannya lagi kepada mereka.

Itu akan membuat mereka sangat menghargaimu melebihi apa yang kamu bayangkan. Para pria hanya ingin dapat merasakan bahwa,

Aku orang yang berkuasa di rumah ini.

Aku yang berkuasa.

Dan saya tahu hal itu tidak berarti bagimu. Ini terjadi karena dia (istrimu) tidak tahu bagaimana cara yang tepat memberikannya. mereka tidak tahu cara yang tepat dalam melakukannya. Dan Anda tidak tahu bagaimana cara memintanya.

Jika Anda memberikannya waktu, pada akhirnya Ia akan menghormati Anda juga. Jadi kerjakanlah bagian tugas kalian, dan mereka juga kerjakan bagiannya, maka kalian akan menjadi “Zawj”.

In shaa Allahu ta’ala kalian akan menjadi “Zawj”. Semoga Allah Azza wa jal menjadikan kita “azwaaj” yang sebenarnya. Semoga Allah azza wa jal memberikan “sakinah”, ketenangan, dan kedamaian dalam pernikahan kita.

Semoga Allah azza wa jal menjadikan kita sebagai sumber dari pertolongan satu sama lain pada hari kebangkitan. Bahwa istriku adalah alasan mengapa saya dapat menjadi seorang muslim yang lebih baik. Dan saya pun menjadi alasannya ketika ia dapat menjadi seorang muslimah yang lebih baik. Dan kita berdua saling membantu dalam perjalanan kita mencapai surga bersama anak-anak kita.

BarakAllahu li wa lakum wal qur’anil hakim, Wa na fa’ni wa iyyakum bil ayati wa dzikril hakim. Wassalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

8 thoughts on “[Transkrip Indonesia] Cinta Melanda – Nouman Ali Khan

  1. betapa saya sangat mengucapkan terima kasih jazakumullah khyaran katsira atas semua postingan2 yang ada di blog ini. Semoga barakah Allah senantiasa tercurah, dan semoga berkenan untuk keep posting tausiyah ustadz NAK ^_^

    Like

  2. Reblogged this on Sebuah Perjalanan and commented:
    Cannot help sharing this very precious writing from Ustadz NAK’s videos. Semoga kebaikan tercurah kepada yang rajin pisan mendokumentasikan video2 ustadz hingga kemudian menjadi jalan ilmu bagi siapapun yang membutuhkannya.

    Like

    1. Setahu kami, untuk grup WA NAK Indonesia, mbak Genis sudah bergabung. (Waktu itu pernah bertanya di Tumblr, lalu dimasukkan oleh Hening bila kami tak salah ingat)

      Mbak Genis tertarik untuk menjadi volunter? Membuat subtitle mungkin?

      Like

        1. Oh iya, ternyata belum pernah. Di grup ternyata orang yang berbeda. Kami tidak punya Line dan tidak/punya nomor kontak mbak Genis.

          Untuk nomor kontak, mbak Genis bisa kirim by Private Message saja kali yah, mungkin lewat PM FP NAK Indonesia, atau PM Tumblr/Twitter

          Like

Leave a comment