[Transkrip Indonesia] Abu Ubaidah (#Kesederhanaan) – Omar Suleiman – Quran Weekly


Oh Quran Weekly. Assalaamualaikum wa rahmatullah wabarakatuhu. Bismillaahir-rahmaanir-rahiim, al-hamdu lillaahi rabbil-‘aalamiin, wash-shalaatu was-salaamu ‘alaa rasuulin kariim wa’alaa alihi washahbihi ajma’iin(a).

Jadi, saya kira Anda bertanya-tanya apa yang sedang kami lakukan.

Baik, kita lanjut dengan serial Superstars kita tentang 10 orang yang dijamin masuk surga. Biarkan saya menarik napas sebentar. Kita berbicara tentang pendamping yang hebat dengan nama Abu Ubaidah Al-Jarrah (radhiyallahu taala ‘anhu). Abu Ubaidah Al-Jarrah adalah salah satu mualaf pertama dalam Islam dan dia adalah salah satu orang yang masuk Islam lewat Abu Bakr al-Siddiq (radhiyallahu taala ‘anhu).

Sekarang, mengapa tadi saya melakukan itu? (Mengangkat bata beton). Karena Abu Ubaidah dikenal sebagai salah satu pemanah paling terampil di zaman Nabi (shallallahu alaihi wasallam). Sebelum Islam, dan saya hanya ingin kalian untuk memahami seperti apa dia dididik. Sebelum Islam, sebelum usia 5 tahun, ayahnya mengajarinya cara mengangkat 2 benda berat dan menyuruhnya melakukan squats. Lalu ayahnya mengajarinya bagaimana untuk menarik hewan berat sementara pada saat yang sama melempar tombak. Lalu pada usia 8 tahun, ayahnya mengajarinya cara memanah target yang diam. Pada usia 10, Abu Ubaidah (radhiyallahu taala ‘anhu) telah belajar bagaimana memanah saat dia mengendarai binatang. Pada usia 12, Abu Ubaidah (radhiyallahu taala ‘anhu) telah belajar bagaimana untuk menembak target bergerak saat dia juga mengendarai hewan yang bergerak. Dan dia benar-benar bisa menembak tepat sasaran dan membuatnya terbelah dua. Jadi Abu Ubaidah (radhiyallahu taala ‘anhu) sangat terampil.

Ketika ia masuk Islam, Anda bisa bayangkan. Ayahnya adalah orang yang keras, ia benar-benar ingin membunuhnya. Sekarang, Nabi (shallallahu alaihi wasallam) memanfaatkan bakat Abu Ubaidah (radhiyallahu taala ‘anhu). Abu Ubaidah memiliki bakat dan keterampilan dimana ia bisa melacak dan memeriksa jejak musuh yang ditinggalkan musuh.

Jadi dalam Perang Badar misalnya, Abu Ubaidah (radhiyallahu taala ‘anhu) pergi ke tempat di mana musuh mendirikan tenda dan mengatur unta mereka. Dan hanya dengan melihat kotoran hewan, dengan menganalisis jejak kaki. Dan dengan menganalisis apa yang terjadi di daerah itu, setelah mereka telah meninggalkan daerah itu, ia bisa menyampaikan kepada Nabi (shallallahu alaihi wasallam). Dan menceritakan berapa banyak hewan yang mereka miliki. Dia bisa menghitung jejak dan memberitahu Nabi (shallallahu alaihi wasallam) berapa banyak orang yang ada di sana. Dia memberitahu Nabi (shallallahu alaihi wasallam) berapa banyak dari hewan-hewan itu yang digunakan untuk membawa barang-barang dengan melihat kedalaman jejak kaki mereka. Dan dengan melihat kualitas kotorannya, dia bisa memberitahu berapa banyak kendaraan yang digunakan untuk perang. Dan berapa banyak yang digunakan untuk membawa barang atau digunakan untuk membawa senjata.

Semua ini dengan hanya melihat tempat yang kaum musyrikin pernah mendirikan kemah. Jadi ini adalah keterampilan yang dimiliki Abu Ubaidah (radhiyallahu taala ‘anhu) dan ia terus menjalankan peran ini bersama Nabi (shallallahu alaihi wasallam) sejak perang Badar dan perang lainnya.

Dan faktanya, dalam perang Badar, Abu Ubaidah (radhiyallahu taala ‘anhu) benar-benar harus melawan ayahnya sendiri, Abdullah bin Al-Jarrah. Abdullah mencoba membunuh Abu Ubaidah ketika ia menerima Islam. Jadi Abu Ubaidah (radhiyallahu taala ‘anhu) adalah salah satu orang yang menjalani dua kali hijrah Hijrah. Awal/migrasi ke Abyssinia dan kemudian migrasi kedua ke Madinah. Sekarang Abu Ubaidah (radhiyallahu taala ‘anhu) di Perang Badar, ia tidak ingin melawan ayahnya. Tapi ayahnya mengejarnya seluruh medan perang sampai ayahnya akhirnya menyergapnya dan Abu Ubaidah (radhiyallahu taala ‘anhu) harus membunuh ayahnya sendiri. Para sahabat menjadi khawatir. Lalu turunlah ayat yang membenarkan perbuatan Abu ‘Ubaidah (radhiyallahu taala ‘anhu). Dan saya akan membiarkan Anda menebak ayat apa itu dan Anda akan menemukannya di akhir video ini.

Kemudian, Nabi (shallallahu alaihi wasallam) juga memberi Abu Ubaidah gelar khusus Abu Ubaidah (radhiyallahu taala ‘anhu) dikenal sebagai “أمين هذه الأمة” [amiin hathihi al-Ummah]. Orang yang dapat dipercaya dari umat ini. Nabi (shallallahu alaihi wasallam) memberinya penghargaan yang tinggi sebagaimana Abu Bakar (radhiyallahu taala ‘anhu) dan Umar bin Al-Khattab. Bahkan, ketika Nabi (shallallahu alaihi wasallam) meninggal, Abu Bakar membawa Umar bin Al-Khattab dan Abu Ubaidah bersamanya untuk bertemu dengan sahabat Anshar yang berselisih tentang siapa yang akan menjadi khalifah.

Abu Bakar (radhiyallahu taala ‘anhu) berkata, “Di sini Anda memiliki’ Umar bin Al-Khattab, Al-Farooq dari umat ini dan Abu Ubaidah Al-Jarrah, al-amiin dari umat ini, dapat dipercaya salah satu umat ini. Pilih mana saja yang kalian sukai.

SubhanAllah, sehingga Abu Bakar menyatakan bahwa Abu Ubaidah adalah layak menjadi khalifah bahkan di hadapannya. Meskipun tentu saja kita tahu Abu Bakar (radhiyallahu taala ‘anhu) adalah salah satu sahabat terbesar.
Juga ketika ‘Umar (radhiyallahu taala ‘anhu) sudah mendekati ajal, Abu ‘Ubaidah sudah meninggal dan Umar (radhiyallahu taala ‘anhu) berkata, “Jika Abu Ubaidah masih hidup, aku akan menunjuk dia sebagai khalifah. Ini akan menjadi keputusan yang mudah. Tapi karena ia tidak hidup, kita harus membentuk majelis syura tersebut.

Sehingga Anda dapat melihat betapa banyak mereka memujinya. Mengapa mereka sangat memujinya? Apa yang istimewanya orang ini?

Abu Ubaidah (radhiyallahu taala ‘anhu) adalah orang yang sederhana. Dia adalah seseorang yang menempatkan agama sebelum semua kebutuhannya. Jadi kita lihat misalnya, dalam perang Uhud, orang yang dipercaya dari umat ini ketika ia melihat bahwa helm Nabi (shallallahu alaihi wasallam) terdorong ke pipinya – seperti yang kita tahu dalam Perang Uhud Rasulullah (shallallahu alaihi wasallam) terluka parah – dan Abu Ubaidah (radhiyallahu taala ‘anhu) adalah salah satu dari sedikit orang yang melindungi Nabi (shallallahu alaihi wasallam) dan pada kenyataannya ia sendiri yang menggigit helm Nabi (shallallahu alaihi wasallam). Bagian helm itu berada di pipinya (Nabi -red) dan dia (Abu Ubaidah -red) menggigit keluar bagian helm itu sehingga bisa tercabut dari pipi Nabi (shallallahu alaihi wasallam).

Dan karena perbuatannya itu, Abu Ubaidah (radhiyallahu taala ‘anhu) kehilangan kedua gigi depannya yang menyebabkan dia memiliki kekurangan dalam berbicara. SubhanAllah. Kita lihat bagaimana dia adalah orang yang selalu mendahulukan agamanya.

Tetapi jika ada satu hal khusus yang saya bisa sebutkan atau salah satu kualitas yang bisa saya kenali. Dan hal yang mengejutkan saya dari sahabat ini adalah bahwa ia begitu peduli dengan perkembangan agama ini sementara pada saat yang sama tidak peduli dengan keadaan dirinya.

Jadi misalnya, kita melihat bahwa Abu Ubaidah (radhiyallahu taala ‘anhu) diangkat sebagai jenderal militer ketika Umar (radhiyallahu taala ‘anhu) menjadi khalifah. Jenderal militer sebelumnya adalah Khalid ibn Al-Waleed (radhiyallahu taala ‘anhu).

Dan sayangnya sebagian orang menyebarkan isu bahwa ada masalah antara Umar dan Khalid. Dan itulah sebabnya dia menggantikan Khalid. Tapi sebenarnya bukan itu yang terjadi. Ada banyak manfaat ketika memilih Abu Ubaidah sebagai pemimpin baru. Secara khusus, Abu Ubaidah (radhiyallahu taala ‘anhu) adalah negosiator. Dia lembut, ia bisa bertemu dengan para pemimpin ia bisa meyakinkan para pemimpin gereja dan para pemimpin bagian yang berbeda dari Syam (sekarang Suriah red) bahwa umat Islam tidak akan merugikan gereja-gereja mereka. Dia bisa mengislamkan banyak orang tanpa harus bertempur.

Sementara, Khalid (radhiyallahu taala ‘anhu) tidak begitu diplomatik Khalid (radhiyallahu taala ‘anhu) ketika dikirim bantal khusus oleh orang-orang Kristen, ia merobeknya. Jadi Abu Ubaidah (radhiyallahu taala ‘anhu) karena kemampuan negosiasinya lebih mendatangkan banyak manfaat untuk umat, sementara pada saat yang sama ia sendiri adalah seorang pejuang dan pada saat yang sama ia adalah salah satu orang yang mendapatkan rasa hormat. Tidak hanya dari rekan-rekan Muslim tapi juga dari rekan-rekan non-Muslim.

Jadi, ketika Anda lihat, misalnya, sebuah hadits atau maaf, bukan sebuah hadits, tapi sebuah insiden di mana ‘Umar ibn al-Khattab masuk ke Yerusalem dan dia dalam keadaan yang…, Anda tahu, pakaiannya dijahit, ditambal dan budaknya malah duduk di atas unta. Abu Ubaidah (radhiyallahu taala ‘anhu) adalah orang yang menemui Umar bin Al-Khattab dan merasa kecewa dengan cara Umar berpakaian. Ini bukan karena Abu Ubaidah sendiri lebih suka dunia. Tapi karena ia peduli dengan perkembangan Islam. Mungkin dia salah dalam insiden itu, tapi itu bukan sikap sombong. Dia khawatir dengan perkembangan agama. Ini adalah gaya hidupnya.

Jadi Abu Ubaidah (radhiyallahu taala ‘anhu) dia menyebarkan agama Islam ke berbagai belahan Syam. Dia bernegosiasi dengan para pemimpin Kristen di seluruh dunia. Pada saat yang sama ia disebutkan oleh beberapa sejarawan sebagai pendiri rumah sakit pertama di Timur Tengah. Abu Ubaidah (radhiyallahu taala ‘anhu) membangun banyak rumah sakit. Syam sendiri sering terkena banjir berkali-kali jadi dia membangun sebuah bendungan untuk mengontrol aliran sungai di Syam dan mengurangi banjir. Ini semua dia lakukan karena ia lebih meletakkan agamanya. Dia peduli dengan perkembangan agama.

Tetapi pada saat yang sama, seperti apa gaya hidupnya? Sekarang kita tahu ‘Umar ibn al-Khattab (radhiyallahu taala ‘anhu) biasa pergi dan memeriksa semua gubernur nya di seluruh dunia. Dia akan melakukan sidak untuk memeriksa menterinya. Jadi suatu hari ‘Umar ibn al-Khattab datang menemui Abu Ubaidah di Syam dan dia berkata, “Mari kita ke rumah Anda dan makan sesuatu.

Abu Ubaidah berkata kepada ‘Umar ibn al-Khattab, “Mata Anda akan sakit kalau melihatnya wahai Amirul Mukminin. Mengapa kita tidak hanya makan di tempat lain saja? Mengapa kita harus pergi ke rumah saya?

Tapi ‘kata Umar ibn al-Khattab, “Mari kita pergi ke rumah Anda.

Ketika ‘Umar (radhiyallahu taala ‘anhu) masuk ke rumah Abu Ubaidah al-Jarrah, yang dilihatnya adalah bahwa Abu Ubaidah memiliki sebuah kendi dan sebuah karpet kecil untuk ia tidur. Dan dia (Umar) terkejut. Dan ‘Umar (radhiyallahu taala ‘anhu) berkata, “Di mana perabotmu? Di mana barang-barangmu? Anda adalah seorang Amir. Anda tidak layak hidup seperti ini.

Dan Abu Ubaidah ra. berkata, “Saya tidak membutuhkan semua itu. Saya kan sudah bilang wahai Amirul Mukminin, Anda hanya akan menyakiti mata Anda karena melihat saya.

Dan ‘Umar ibn al-Khattab mulai menangis. Dia mengatakan, “Anda seorang Amir, Anda tidak harus hidup seperti ini.

Dan Subhanallah Abu Ubaidah mengatakan, “Saya tidak tahu mengapa Anda melakukan ini untuk diri sendiri, saya bilang Anda hanya akan menyakiti mata Anda melihat situasi saya.”

Tapi Abu Ubaidah (radhiyallahu taala ‘anhu) pria yang punya peran besar dalam perkembangan umat, orang yang sangat peduli dengan penampilan ummat. Pria ini yang menyebarkan agama di mana-mana, ia mempertahankan kesederhanaan dalam hidupnya dan dia tidak pernah membiarkan hal itu masuk ke dalam hatinya sendiri.

Lalu ‘Umar ibn al-Khattab memberikan sebuah nasehat berharga untuknya [غيرتنا الدنيا كلن] [ghayyartna al dunya kulluna] – bahwa dunia telah mengubah kita semua. [غيرك يا أبو عبيدة] [ghayroka yaa Abu Ubaidah] – kecuali Anda, Wahai Abu Ubaidah.

Dunia telah mengubah kita semua. Ketika Anda terlibat dalam Dakwah Islam dan ketika Anda peduli dengan penyebaran Islam. Jangan biarkan hal itu (dunia) memanifestasikan dirinya dalam diri Anda. Anda sendiri malah menjadi peduli dengan kemajuan Anda, bagaimana gaya hidup Anda bisa meningkat atau merasa dihormati. Sampai Anda lupa misi Anda dan melupakan tujuan Anda.

Abu Ubaidah (radhiyallahu taala ‘anhu) tidak pernah lupa akan tujuan itu dan itu sebabnya ia adalah Al-Amin dari umat ini. Jadi saya berharap bahwa insya Allah ta’ala kita bisa ambil dari kisah ini bahwa ketika kita peduli dengan penyebaran agama dan pada saat yang sama kita tetap mempertahankan gaya hidup yang bermartabat. Kita tidak merasa harus berhak untuk mendapat sesuatu di dunia ini karena kita melibatkan diri dalam urusan agama. Sebisa mungkin, tetaplah sederhana.

Kita berdo’a kepada Allah (subhanahu wa ta’ala) agar memberikan kita sifat sederhana dan kita berdo’a kepada Allah (subhanahu wa ta’ala) untuk menggabungkan kita dengan para Superstars dari umat ini, yaitu 10 orang yang dijamin masuk surga dan juga para sahabat besar Nabi (shallallahu alaihi wasallam) yang lainnya di tempat tertinggi, yaitu surga Firdaus.

Insya Allah ta’ala. Saya akan bertemu lagi dengan kalian minggu depan dan kita akan melanjutkan seri ini. Jazakumullahu khairan. Wassalaamualaikum wa rahmatullah wabarakatuhu.

Leave a comment