[Transkrip Indonesia] Dekati Quran Dengan Kerendahan Hati – Ramadan Exclusive Al Baqarah – NAK


Permulaan surah (Al-Baqarah) ini diawali dengan tiga huruf “Aliif” “Laam” “Miim”.

Tak ada alasan lain, seseorang mengenal aksara/huruf selain karena dia pernah belajar membaca. Kamu tahu bahwa ada sebagian orang yang tidak berpendidikan atau tidak pernah memperoleh pendidikan dalam bahasa Inggris, mereka berbicara dengan bahasa Inggris tetapi tidak pernah mengenyam pendidikan di sekolah. Maka ketika kamu mengajarkan a-b-c-d-e-f-g-h-i dan kata-kata, semua yang diajarkan itu tidak memiliki arti bagi mereka. Huruf-huruf tersebut tidak bernilai sama sekali bagi mereka. Mereka bahkan tak mengetahui artinya, apakah arti “w” itu?

Judul Asli: Approaching the Quran with Humility – Ramadan Exclusive – Nouman Ali Khan
Video Asli: https://www.youtube.com/watch?v=Um7450eiQZU

(Mereka akan berkata) “Aku bahkan tidak pernah mendengar huruf-huruf tersebut sebelumnya.

Orang yang mengenal dan memperhatikan aksara/huruf-huruf adalah ketika orang tersebut peduli terhadap ejaan/pelafalan. Dan jika seseorang memperhatikan terhadap pelafalan adalah orang tersebut memulai untuk belajar membaca dan menulis.

Siapakah Yang Mengajarkan Rasulullah Aliif, Laaam, Miim?

Ya… dan satu hal itulah yang tidak dipahami oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan “Aliif” “Laam” “Miim”. Sesuatu hal yang sangat mengejutkan bagi masyarakat (Quraisy) kala itu.

Tunggu dulu..! Lalu, siapa yang kemudian memberitahukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengucapkan 3 huruf itu?

Jika dia mengucapkan “Aliif” “Laam” “Miim” itu artinya dia pasti memiliki seorang guru yang mengajarkannya. Sebab dia tidak mungkin menjadi tahu dengan sendirinya (tanpa diajari).

Jika tidak ada yang mengajari untuk mengucapkan tiga huruf itu, maka niscaya dia akan mengucapkannya “Alam” (bukan “Aliif” “Laam” dan “Miim”), sebagaimana dalam ayat:

ألم تر كيف فعل ربك بأصحاب الفيل (QS Al Fil ayat 1)

Tahukah kamu.. itulah ألم (“Alam”) yang semestinya diucapkannya, akan tetapi dia justru melafalkan “Aliif” “Laam” “Miim”, itu berarti dia memiliki seorang guru (yang mengajarinya). Sehingga orang-orang yang mendengarkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berbicara (menjadi bertanya-tanya) siapakah guru (yang mengajari Muhammad)? Kemudian apa saja yang diajarkannya?

Saya sudah menyinggungnya tadi: untuk apa pula Muhammad mempelajari huruf-huruf semacam itu? Hal ini menimbulkan pertanyaan (bagi orang-orang) di dalam benak audiens (kaum kafir Quraisy yang mendengarkannya). Dan (rasa ingin tahu mereka) itu menjadi sangat penting, sebab dengan pertanyaan mereka itu akan terjawab: yang mengajari Muhammad adalah الله

Dia-lah (الله) yang mengajarinya (Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam). Pada hakikatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapatkan sebuah pengajaran. Jika tidak, bagaimana dia bisa mengetahui arti pentingnya huruf-huruf tersebut.

Selanjutnya yang perlu kita ketahui mengenai “Aliif” “Laam” “Miim” adalah letak penggunaannya tidak dapat digantikan/diwakili. Menjadi hal yang penting pada masa itu, bahwasanya susunan bahasa dalam Al-Quran belum pernah digunakan sebelumnya. Sebelum itu, tak pernah dijumpai ada manusia yang berbicara seperti bahasa Al-Quran.

Bangsa Arab Bangga Dengan Bahasa Mereka

Masyarakat Arab merupakan masyarakat yang sangat bangga terhadap bahasa yang mereka miliki. Sampai-sampai mereka menganggap orang ‘Ajam (non-Arab) tidak memiliki kemampuan percakapan yang benar, dan menganggapnya lebih rendah sebab orang ‘Ajam tidak mengetahui (memahami) bahasa Arab. Dan merekalah (orang Arab) yang merasa paling mahir bahasa Arab.

Di dalam Al-Quran, terdapat keindahan bahasa, dari jenis kata kerja yang digunakan, komposisi huruf-huruf yang digunakan, tipe kalimat yang digunakan, merupakan sesuatu hal yang baru dan belum pernah mereka dengar sebelumnya. Bahkan tak pernah ada orang yang berbicara dengan gaya bahasa seperti itu atau yang mirip seperti itu.

Atau seumpama ada penyair yang baru datang dan membuat syair-syair yang menakjubkan, pada kenyataannya para penyair itu tetap mengikuti 80% karakteristik syair yang sudah pernah dibuat sebelumnya. Mereka membuat syair yang sudah dikenal masyarakat. Jika dianalogikan dengan masa kini, mereka meniru jenis musik hiphop, RnB, atau jenis musik lainnya yang sudah ada. Dimana tempo dan rima yang digunakan bukanlah suatu kreatifitas benar-benar baru, melainkan mengacu dari elemen-elemen musik yang sudah ada sebelumnya. Mereka mengambil komposisi yang sudah ada dan menambahkan sesuatu yang baru namun tidak sepenuhnya baru, hanya ditambahkan sekitar 10-20% elemen yang baru. Kebanyakan dari mereka menggunakan dari sesuatu yang sudah pernah dibuat oleh orang lain.

Jadi, ketika Al-Quran mengatakan seperti “Aliif” “Laam” “Miim” merupakan sesuatu yang belum pernah mereka (kaum Quraisy) dengar sebelumnya. Timbul pertanyaan di benak mereka: “Untuk apa seseorang bicara semacam itu?”

Dan ini bukan sekedar pertanyaan, namun lebih kepada rasa penasaran/ingin tahu. Siapapun guru yang mengajari Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam? Niscaya bukanlah seseorang yang berasal dari kalangan di sekitar mereka. Tak ada seorangpun yang pernah belajar atau mendapatkan pengajaran semacam itu. Hikmahnya adalah pikiran masyarakat (kaum Quraisy) sengaja dipersiapkan untuk menerima diturunkannya Al-Quran, hanya dengan huruf-huruf “Aliif” “Laam” “Miim”.

“Aliif” “Laam” “Miim” bukan hanya disetting untuk orang-orang yang belum beriman, juga ditujukan bagi orang-orang yang telah beriman. Bahkan “Aliif” “Laam” “Miim” memberikan petunjuk bagi siapa saja yang hidup.

Apa Arti Aliif, Laaam, Miim?

Kita tahu berdasarkan ijma’ para ulama berpendapat bahwa tiada satu pun orang yang mengetahui makna dari “Aliif” “Laam” “Miim”. Adalah salah jika kita mengatakan bahwa ini tidak memiliki makna apapun. Itu salah, sebab apapun yang الله firmankan memiliki makna/arti. Apapun yang الله firmankan memiliki tujuan.

Di sisi lain, apapun yang الله beritahukan kepada kita, niscaya manfaat bagi kita (untuk mengetahuinya). الله tidak menyampaikan sesuatu dalam Al-Quran melainkan untuk mengajarkan manusia terhadap sesuatu.

الله sendiri yang menyebut Diri-Nya mengajarkan Al-Quran. Dia berfirman: ‘allama-l-Qur’an bukan qaala-l-qur’an. Takallamal-Quran, Dia berbicara melalui Al-Quran. ‘Allama-l-Qur’an berarti Dia berbicara dengan Al-Quran, sebuah pengajaran berkaitan erat dengan kemampuan untuk berbicara.

Ketika seseorang bicara hanya perlu untuk menggerakkan mulutnya. Namun ketika seseorang mengajar, pikiran siapa yang diajari? Tentu pikiran sang murid. Jadi apapun yang diajarkan akan membawa manfaat bagi siapa? Bagi muridnya.

Dengan formula tersebut, itu berarti bahwa jika kita membaca “Aliif” “Laam” “Miim” akan memberi suatu manfaat bagi kita (yang membacanya).

Akan tetapi pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah: “Lalu apa manfaatnya bagiku? Sedangkan aku tidak tahu maknanya.

Hal ini disebabkan, kita biasanya dapat mengetahui manfaatnya jika kita mengerti apa yang dimaksud. Misalnya kamu berada dalam kelas dan tidak mengetahui apa yang disampaikan guru di kelas, artinya kamu tidak dapat mengetahui manfaatnya. Sehingga kamu harus mengangkat tangan dan mengatakan:

Saya belum paham, bolehkah diulang?

Dapatkah diulang penjelasannya?

Namun tak peduli bagaimana kamu bertanya, apakah ada seseorang yang bisa menjelaskan makna “Aliif” “Laam” “Miim”?

Adakah seseorang yang memberitahu aku apa maknanya, tafsir dari huruf-huruf tersebut, dan apa misteri di baliknya?

Tiada seorang pun yang bisa memberikan jawaban, atau memberikan jaminan jawaban sebab tidak seorang pun mengetahui dengan jelas hingga kamu memperolehnya langsung dari الله

Pada suatu hari kelak ketika الله mengizinkan kita masuk ke dalam Surga-Nya dengan rahmat-Nya, kita memiliki kesempatan untuk bertanya langsung kepada الله ‘azza wa jalla apakah arti “Aliif” “Laam” “Miim”? Namun tahukah kamu, pada saat itulah kita telah menyadari akan manfaatnya…

Di sini saya membangun sebuah pertanyaan bagimu: “Jadi apa manfaatnya (“Aliif” “Laam” “Miim” sebagai permulaan dalam surah Al-Baqarah itu)?”

Manfaatnya adalah seumpama untuk mahasiswa baru, itu seperti masa orientasi mahasiswa di kampus. Sebagaimana hari pertama di kelas, sang guru masuk ke dalam ruang kelas dan mengatakan:

Dengarkan, kalian harus menjaga sikap/akhlak, kalian harus mengerjakan PR, kalian dilarang melakukan ini dan itu… kalian harus menyelesaikan tugas tepat waktu, mempersiapkan diri tiga minggu sebelum ujian.

Masa orientasi berguna untuk mempersiapkan mental murid-muridnya terhadap tugas-tugas yang akan dihadapinya di masa mendatang. Dan jika kamu tidak siap mental terhadap tugas-tugas perkuliahan, maka orang yang paling berhak untuk mempersiapkan kamu adalah sang guru sendiri. Tujuannya supaya kamu dapat membentuk sikap yang menunjang kesuksesan pembelajaranmu.

Orientasi pertama bagi seorang murid pembelajar Al-Quran adalah (pada awalnya) dia tidak mengetahui sesuatu pun.

Orientasi pertama bagi seorang murid pembelajar Al-Quran adalah “Aliif” “Laam” “Miim”. Apakah artinya? Kamu tidak tahu (sesuatu pun), dan biasakanlah dirimu dengan itu.

والله يعلم و انتم لا تعلمون (QS Al Baqarah ayat 216)

ALLAH yang Maha Mengetahui dan kamu tidak mengetahui.

Jangan pernah mencoba mendekati Kitab ini untuk mengkritisinya! Dan Subhanallah.. lalu ada yang mengatakan, “Jika aku tidak memahaminya maka aku tidak akan mengikutinya. Jika saya belum merasa puas atau rasa ingin tahuku belum terpenuhi, maka saya belum bisa meyakini untuk mengikutinya.

Tidak, tidak.. bukan begitu!

Kamu harus dekati dan pelajari Kitab ini dengan kerendahan hati.

Leave a comment